Mohon tunggu...
Sr. Gaudensia Habeahan OSF
Sr. Gaudensia Habeahan OSF Mohon Tunggu... Guru - Biarawati
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hidup ini indah, seindah saat kita dapat berbagi dengan sesama

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Seni Bersyukur

18 September 2020   20:12 Diperbarui: 18 September 2020   20:24 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Dari semua kejahatan yang mampu dilakukan oleh manusia, yang paling mengerikan dan tidak wajar adalah rasa tidak bersyukur"
David Hume

Bersyukur adalah ungkapan yang paling sulit dicari keberadaannya kala hidup mulai digoda dan dinodai oleh aneka persoalan hidup. Ungkapan syukur nyaris terkubur di tengah himpitan pergulatan hidup setiap hari. Bersyukur itu merupakan ungkapan perasaan yang tidak pernah mudah mampir dalam diri pria dan wanita serta kebajikan yang semakin berkurang di zaman modern ini.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa saat ini kita tengah mengalami 'shift' atau pergeseran ke pola hidup konsumeris yang hanya fokus pada apa yang kurang dalam diri kita atau pada apa yang dimiliki orang lain yang tidak kita miliki. Kecuali itu tidak sedikit orang mengungkapkan rasa syukur, atau kemiripannya hanya karena yang dilakukan itu berguna atau "hal yang sudah selesai". Misalnya syukurlah studinya sudah selesai, rumahnya sudah siap dibangun,syukurlah sudah dapat pekerjaan yang pas dan masih banyak lagi.

Bahwa kesuksesan apa pun bentuknya layak untuk disyukuri. Namun ketika ungkapan syukur diukur dari sebuah kesuksesan atau 'apa yang baru selesai' dikerjakan jelas menghina hidup itu sendiri. Bersyukur sebenarnya bukanlah emosi sesaat yang ditimbulkan dari apa yang baru saja kita raih. Bersyukur mau mengatakan perasaan penghargaan atas apa yang sudah kita miliki.

Bila kita jujur dan berani memeriksa satu persatu kebahagiaan dan keindahan yang telah kita miliki, niscaya nada hidup kita penuh dengan ungkapan syukur. Sulit bagi kita untuk tidak bersyukur. Seorang bijak mengatakan bahwa  bersyukur itu sebagai kebajikan terbesar, ibu dari semua kebajikan.

Bersyukur tidak hanya milik dan dirayakan oleh mereka yang sukses dalam karirnya namun setiap orang diberi kesempatan untuk merayakan hidupnya. Dengan demikian ungkapan syukur tidak dihasilkan dari kemewahan hidup tetapi ungkapan syukur murni karena kita diberi hidup oleh Tuhan. Hidup ini pantas untuk disyukuri, dikagumi, dinikmati dan dirayakan setiap hari. Bersyukur mendorong kita untuk bersukacita, antusias, dan empati.

Keseringan bersyukur berarti kita pelan-pelan menjauhkan diri dari kecemasan, kesedihan, kesepian, penyesalan, dan iri hati. Hidup kita sendiri adalah sumber dari semua peluang dan kemungkinan untuk bersyukur. Dalam kekristenan ungkapan syukur adalah kebajikan, atau watak jiwa, yang membentuk pikiran, perasaan, tindakan kita yang dikembangkan, dimurnikan, dan dilakukan melalui hubungan dengan Tuhan, Sang Pencipta.

Semoga kita menjadi pribadi-pribadi yang selalu bersyukur apapun situasi dan kondisi hidup kita.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun