Mohon tunggu...
Sr. Gaudensia Habeahan OSF
Sr. Gaudensia Habeahan OSF Mohon Tunggu... Guru - Biarawati
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hidup ini indah, seindah saat kita dapat berbagi dengan sesama

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Rendah Hati Vs Rendah Diri

31 Agustus 2020   21:27 Diperbarui: 31 Agustus 2020   21:26 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kerendahan hati berarti bertindak dengan rendah hati!

Mampu menyadari dan menerima kemampuan sekaligus kelemahan diri sendiri. Saya sendiri melihat dan mengalami bahwa pengetahuan ini sering tinggal dalam teori karena memang sulit untuk dilaksanakan. 

Salah satu contoh kongkritnya ketika orang lain menyebutkan satu saja yang menjadi kelemahan saya,sering saya bersikap acuh tak acuh ,karena memang saya tidak ingin kelemahan saya itu diumbar oleh orang lain. 

Akan tetapi ketika diminta untuk melakukan sesuatu yang mungkin diluar dugaan saya sering saya merendahkan diri sendiri dengan berkata apalah saya ini,saya kan tidak tau apa-apa. Biar orang lain saja.

Ketika orang lain tau sedikit tentang kebaikan yang ada dalam diriku,maka mereka akan mengungkapkan nya itu secara spontan. Ketika keberhasilan menghampiriku maka mereka akan mangatakan suster itu memang pintar,baik dan lain sebagainya. 

Namun kerap kali juga saya tidak siap menerima pujian yang ditujukan kepada saya ,kadang-kadang juga saya mengakui bahwa saya bukanlah apa-apa, tidak memiliki apa-apa,dan jawaban yang sering saya katakan " saya adalah hamba yang tidak berguna". 

Namun,ketika orang lain mengatakan hal itu kepada saya,kerap kali saya marah, jengkel. Tidak setuju dengan apa yang mereka katakan. Hal yang sangat sepele sebenarnya. 

Saya sendiri sudah mengakui hal tersebut kepada orang-orang yang ada disekitar saya tapi sering  saya tidak siap menerima ketika kata-kata itu dikembalikan kepada saya. Itu tandanya bahwa saya belum menjadi pribadi yang rendah hati.

Sangat menarik ketika saya renungkan peristiwa ini, bahwa dalam realita kehidupan seringkali saya mengambil tempat terendah namun menyimpan harapan terselubung bahwa saya akan diminta untuk mengambil tempat yang paling tinggi. Ini berbahaya karena didalamnya terdapat sikap kepura-pura an, merendah dengan mata tetapi tidak dengan hati.

Saya sadar bahwa ketika saya merendahkan diri saya,saya telah membuang kesempatan untuk menjadi pribadi yang rendah hati. Karena saya telah membatasi diriku untuk melakukan apa yang bisa kulakukan. 

Dan itulah yang membuat saya tetap merasa biasa-biasa saja. Berbeda ketika saya menyadari bahwa saya memiliki kemampuan,saya selalu siap untuk melakukan apa saja yang diminta,dan saya akan berusaha semampu saya untuk melakukannya. Dan itu memang sadar atau tidak selalu ada kebaikan dan rahmat yang terselip didalamnya. 

Kerendahan hati yang sejati bukan hanya terlihat atau terdengar rendah hati sekaligus merendahkan diri. Karena fakta membuktikan bahwa orang yang rendah hati lebih suka menyembunyikan kebajikannya dan tidak ingin memamerkan tentang siapa dirinya. Membiarkan orang lain mengalaminya secara nyata lewat kesaksian hidupnya setiap hari.

Selain itu juga,orang yang rendah hati mampu megungkapkan perasaannya melalui ekspresi atau kata-kata yang diucapkannya. Ada keseimbangan antara hati dan pikiran,perkataan dan tindakan. Inilah yang menjadi perjuangan saya saat ini, menjadi pribadi yang rendah hati dan bukan rendah diri,hehehehe.

Jangan merasa diri tak berarti kecuali memang menginginkan hal  itu dalam hati. Biarlah pewartaan serta pelayanan ku setiap hari menjadi bukti kerendahan hati. Dimana orang lain bisa mengalami dan merasakannya secara pribadi.

Salam...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun