Mohon tunggu...
Sr. Gaudensia Habeahan OSF
Sr. Gaudensia Habeahan OSF Mohon Tunggu... Guru - Biarawati
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hidup ini indah, seindah saat kita dapat berbagi dengan sesama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Milikilah Terlebih Dahulu, Baru Kamu Memberi!!

28 Agustus 2020   11:12 Diperbarui: 28 Agustus 2020   11:07 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memberi  adalah salah satu tindakan yang bisa kita lakukan menuju kebahagiaan sejati. Memberi tanpa mengharapkan balasan mendatangkan sukacita tersendiri kepada saya. Memberi bukan saja hanya materi tetapi juga pendapat,waktu, dan lain-lain. Tindakan memberi bukan berarti berlebihan dan juga bukan berarti kehilangan. Justru sikap mau memberi mendatangkan kelimpahan sekalipun itu membutuhkan sikap kerelaan dan keikhlasan. 

Lewat tulisan ini saya mau berbagi pengalaman tentang Memberi.

Selama perkuliahan secara online,banyak aplikasi yang digunakan selama proses kegiatan belajar mengajar. Mulai dari zoom,google meet,edmodo,lark suit dan masih banyak lagi. Untuk memulai perkuliahan secara online, link zoom atau yang lainnya di share via wa. Jadi seluruh aktivitas perkuliahan dipersentasikan lewat zoom. Suatu waktu tiba waktunya bagi saya untuk mempersentasikan tugas. Pada waktu itu saya lebih memilih untuk menggunakan zoom,selain memudahkan saya untuk persentasi,waktunya juga terbatas. Jadi saya punya kesempatan selama 40 menit untuk menyelesaikan satu materi mulai dari pembahasan hingga proses tanya jawab.

Kali ini apa yang saya alami berbeda dengan persentase yang sebelumnya. Persentase sebelumnya saya hanya mendapatkan sedikit pertanyaan tentang materi yang saya jelaskan,kali ini materi saya dibanjiri oleh pertanyaan,sehingga melebihi  waktu yang sudah ditargetkan. Mau tidak mau saya harus membuka season 2 khusus untuk menjawab pertanyaan. Pertanyaan yang diajukan ada yang mudah untuk dijawab ada juga yang sulit. Saya berusaha untuk memberikan jawaban atas pertanyaan dari teman-teman sebelum waktunya habis. Akan tetapi tak bisa dipungkiri bahwa ada pertanyaan yang benar-benar sulit untuk saya jawab. Pertanyaan ini mulai membuat saya panik. Jawabannya apa,refrensinya dari mana ? waktu terus berjalan,dan waktu untuk saya pun habis sudah. Tinggal dua pertanyaan yang belum saya jawab. Sebelum persentase diakhiri,teman-teman mahasiswa dan dosen memberikan masukan sekaligus penilaian untuk saya. Tentu ada baiknya dan juga ada kekurangannya. Satu kata yang paling saya ingat adalah kurang menguasai bahan. Oh My God.

Kesan terakhir dari persentase itu adalah saya kurang persiapan sehingga saya mengalami kesulitan dalam menjawab keseluruhan pertanyaan. Dan jalan terakhir yang saya tempuh ialah minta bantuan kepada dosen untuk melengkapi jawaban saya. Awalnya saya berpikir bahwa apa yang siapkan sudah cukup untuk menyelesaikan materi yang saya bahas. Persiapan saya sudah matang. Ternyata apa yang saya pikirkan dan yang terjadi benar-benar diluar dugaan  saya. Saya tidak berhasil membagi pengetahuan saya kepada teman-teman,karena memang saya belum memiliki apa yang mereka minta. Dalam konteks ini saya gagal untuk memberi.

Dari pengalaman ini saya mendapatkan pelajaran yang sangat berharga dalam perjalanan hidupku,yaitu betapa pentingnya untuk mengisi diri dengan berbagai pengetahuan dan hal-hal baik lainnya. Jangan pernah berhenti untuk belajar apalagi berkata cukup. Karena jalan satu-satunya untuk bisa memberi adalah memiliki terlebih dahulu. Entah itu materi,pendapat,waktu dan lain sebagainya. Sebaliknya bagaimana saya bisa memberi jika saya belum memiliki ? apakah saya menunggu orang lain agar saya diberi ?. Tidak mungkin.

Orang lain tidak akan pernah tau apakah saya bisa atau tidak. Apakah saya punya atau tidak. Yang pasti selalu ada momen dimana orang lain meminta saya untuk melakukan sesuatu. Baik itu meminta pendapat,atau materi atau waktu. Jadi untuk mewaspadai hal ini saya harus selalu siap sedia,memberikan yang terbaik bagi sesama yang membutuhkan. Caranya saya  ialah banyak belajar dan berefleksi.  Saya yakin mereka tidak mengharapkan yang sempurna dari saya tapi minimal ada solusi dan jawaban atas permintaan mereka. Dan kalau itu tidak bisa terpenuhi setidaknya saya masih bisa mendoakan mereka.

Memberi bukan soal banyak atau sedikit,benar atau salah,panjang atau pendek,berkualitas atau tidak . Pemberian sekecil apapun sangat bermanfaat bagi mereka yang membutuhkan. Banyak rahmat yang saya alami ketika saya mampu berbagi dengan sesama. Memberi mendatangkan kebahagian tersendiri dengan alasan kehadiran saya membawa manfaat bagi orang lain. Selain itu orang lain juga mengalami kebahagiaan tersendiri ketika menerima pemberian saya. Juga rasa saling percaya tumbuh diantara kedua belah pihak. Dan yang paling utama adalah membuat saya semakin dekat dengan Tuhan yang telah memberikan segala kebutuhan hidupku secara cuma-cuma.Dengannya aku juga belajar untuk memberi secara cuma-cuma. 

Memberi tanpa kehilangan. 

Salam..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun