Mohon tunggu...
Sr. Gaudensia Habeahan OSF
Sr. Gaudensia Habeahan OSF Mohon Tunggu... Guru - Biarawati
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hidup ini indah, seindah saat kita dapat berbagi dengan sesama

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menjadi Driver Handal Atas Diri Sendiri!

14 Agustus 2020   22:11 Diperbarui: 14 Agustus 2020   22:59 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap hari,saya bersama dengan kawan-kawan berangkat ke kampus masing- masing dengan mengendarai sepeda motor. Jarak dari rumah ke kampus jauhnya kira-kira 5 km, jadi waktu yang saya gunakan untuk mengendarai sekitar 15-20 menit.

Saya berangkat pukul 7.30 wib setiap paginya dan pulang dari kampus pkl 16.00. Biasanya saya melalui jalan utama karena jalannya simpel tidak menyebrang dan tidak ada melewati lampu merah. Akan tetapi Kali ini saya lebih memilih melewati jalan lintas ( Jl. Ring road ) yang tidak dilalui oleh angkot dan becak.

Hati saya senang karena jalannya mulus dan luas. Saya mencoba untuk menaikkan gas dari yang biasanya,biasanya lari 60 kali ini mencoba 70 kadang-kadang 80. Baru saja saya menaikkan gas tiba-tiba ada sepeda motor yang lebih kencang dari saya. Saya merasa tertantang dan saya mencoba untuk mendahului beberapa kendaraan dan berharap menjadi terdepan dan meninggalkan sepeda motor yang mendahului saya dan akhirnya saya berhasil.

Ketika saya meninggalkan sepeda motor yang satu muncul lagi kendaraan lain yang mendahului saya. Mulai lagi saya mendahului beberapa kendaraan dan saya merasa sepertinya saya yang menjadi pemenang,ketika saya berhasil menjadi yang terdepan dari beberapa kendaraan yang mendahului saya itu ada rasa senang tersendiri, ada rasa puas. Akan tetapi selalu ada saja kendaraan lain didepan saya,saya menyalib lagi muncul lagi yang lain. Dan itu saya lakukan berulang-ulang ketika mengendarai sepeda motor dan memang saya tak pernah menjadi yang terdepan,kecuali menjadi barisan terdepan dilampu merah,he..he..

Akhirnya saya lebih memilih untuk mengendarai lebih pelan,mengendarai seperti biasanya lebih santai,turunkan gas dan mulai menikmati perjalanan,berada diantara kendaraan lain ,ada yang didepan ada yang dibelakang, ada yang disamping kanan dan kiri,ketika macet atau lampu merah masih bisa melempar senyum kepada orang yang ada disekitar saya,dan itu lebih menyenangkan untuk saya. Intinya tidak menjadi yang terdepan tidak juga menjadi yang paling belakang. Jadi, Pribadi kita sendirilah yang menjadi kunci atas perjalanan hidup kita. Kita yang menjadi driver atas segala ritme kehidupan kita,mau melaju dengan kecepatan tinggi,kecepatan rata-rata terserah kita.

Begitulah juga realita kehidupan kita,entah sadar atau tidak dengan cara yang berbeda kita berlomba  untuk menjadi yang terdepan. Baik itu untuk mendapatkan gelar, pekerjaan, kekayaan, ketenaran  dan lain sebagainya.

Berbagai cara atau upaya kita lakukan untuk mendapatkan apa yang kita inginkan,tanpa kita sadari sikap egoisme sering muncul,ambisi terhadap sesuatu membuat kita sering menjatuhkan orang lain dengan cara kita masing-masing, sehingga lupa untuk memberi makna atas kehidupan. Ketika kita berhasil mengalahkan yang satu muncul lagi saingan berikutnya,begitu seterusnya,dan kita tak akan pernah bisa menjadi pemenang untuk selamanya. Jika kita seorang pribadi yang mapan masih ada yang lebih mapan,ketika kita menjadi orang hebat masih ada yang lebih hebat, ketika kita memperoleh ketenaran masih ada yang lebih tenar, ketika kita merasa pintar masih ada yang lebih pintar.

Maka memang jika hidup yang kita perjuangkan hanya untuk bersaing atau hanya supaya terlihat lebih dari orang lain, maka hidup yang kita jalani akan terasa berat,dan semua orang yang ada disekitar kita serasa menjadi lawan dan hidup itu seolah kejam. Dan saat itu jugalah kita gagal mengendarai kehidupan kita,menjadi driver yang ceroboh akan membawa dampak negatif terhadap diri sendiri juga terhadap orang lain.

So, berhentilah sejenak, berjalanlah lebih pelan, menikmati apa yang telah ada,bersyukur atas kesempatan yang masih Tuhan berikan, maka kita akan menemukan sesuatu yang luarbiasa, orang-orang yang ada disekitar kita serasa menjadi kawan. Ketika kita mengendarai lebih pelan toh juga ada yang dibelakang dan ada juga yang didepan kita. sekali-kali kita tak akan menjadi yang terbelakang, sebab kehidupan itu selalu berputar seiring berjalannya waktu,suatu keadaan bukanlah menjadi ketetapan bagi seseorang,semua akan indah pada waktu yang tepat.

Mari ,berhentilah untuk bersaing, jadilah driver handal atas hidup sendiri,memperhatikan sekitar dan sikap kehati-hatian adalah hal yang paling utama. Dengan itu semua lawan akan menjadi kawan,hidup kita akan lebih bahagia lebih santai dan hidup menjadi lebih bermakna. Percayalah Tuhan akan memberikan apa yang kita butuhkan,bukan apa yang kita inginkan.

Salam..!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun