Saat proyek Satelit Satria digagas oleh Menkominfo Rudiantara, ketika itu komentar miring atau protes masih sepi, nyaris tidak terdengar. Bahkan, bisa dikatakan, proyek ini berjalan mulus tanpa ada usikan sedikit pun. "Gangguan" baru ramai setelah Johnny G Plate menjabat sebagai menkominfo pada 23 Oktober 2019.
Dikatakan "baru ramai", karena ketika itu hanya Roy Suryo yang menyuarakan keberatannya. Roy menyampaikan kritiknya saat Rapat Dengar Pendapat dengan Kemkominfo pada 23 Juli 2019.
Tetapi, setelah Menkominfo dijabat oleh Johnny G Plate, proyek Satelit Satria disebut-sebut hanya proyek omong kosong atau proyek akal-akalan untuk menghambur-hamburkan APBN.
Maka timbul satu pertanyaan, apa yang sesungguhnya menjadi sasaran tembak: Satelit Satria atau Menkominfo Johnny Plate?
Johnny G Plate memang tidak begitu disukai, baik pihak koalisi maupun pihak oposisi.Â
Kepada kubu oposisi, Johnny G Plate dikatakan tidak becus memberangus judi online. Sedangkan kepada kubu koalisi, Menkominfo disebut-sebut tidak beres menutup situs-situs yang dianggap radikal.
Maka tidak mengherankan bila banyak pendukung Presiden Jokowi pun kerap menyerang Johnny Plate dan berbagai kebijakan-kebijakannya selaku menkominfo.Â
Karena ketidaksukaan itulah, setiap berembus isu reshuffle kabinet, nama Johnny G Plate kerap disebut-sebut sebagai salah satu menteri yang bakal dicopot.
Posisi Johnny G Plate hampir serupa dengan Tedjo Edhy Purdijatno yang dilantik Jokowi sebagai Menko Polhukam pada 28 Oktober 2014. Keduanya, Johnny dan Tedjo berasal  dari partai yang sama: Nasdem.
Saat kasus Cicak vs Buaya Jilid 2, Tedjo menyayangkan sikap KPK yang mengajak rakyat berkumpul di gedung antirasuah, Kuningan, Jakarta Selatan. Tidak hanya itu, Tedjo mengatakan bahwa rakyat yang berduyun-duyun datang ke KPK untuk mendukung KPK adalah rakyat tidak jelas.
"KPK berdiri sendiri dia. Kuat dia. Konstitusi yang akan mendukung, bukan dukungan rakyat enggak jelas itu," ujar Menko Polhukam di Istana Kepresidenan pada 24 Januari 2015.