Mohon tunggu...
Gatot Swandito
Gatot Swandito Mohon Tunggu... Administrasi - Gatot Swandito

Yang kutahu aku tidak tahu apa-apa Email: gatotswandito@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Langlang Buanakan Wastra Nusantara, Kominfo dan Dekranas bisa Coba Sistem Dropshipping

2 Juli 2022   18:31 Diperbarui: 2 Juli 2022   18:33 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kain Tenun Koffo, Wastra Kebanggaan Sulawesi Utara (BeritaPapua.id)

Sebagaimana yang diberitakan, Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) terus mendorong kemajuan wastra Indonesia, termasuk tenun, Dekranas juga berencana mengusulkan wastra nusantara sebagai warisan budaya tak benda Indonesia di UNESCO. Demikian yang disampaikan Ketua Bidang Promosi dan Humas Maria Anna Plate.

Upaya Dekranas dan Kominfo Langlang Buanakan Wastra Nusantara

Indonesia memiliki empat wastra atau kain tradisional sebagai kekayaan budayanusantara, yaitu kain batik, kain ikat, kain songket, dan kain tenun. Keempatnya dibuat dengan cara yang berbeda-beda, begitu juga dengan motifnya. Keunikan dari wastra adalah pada makna dan filosofis yang dimiliki tiap motifnya. 

Dari keempat wastra Indonesia tersebut, baru batik yang telah diakui oleh UNESCO sebagai warisan dunia tak benda. Pengakuan ini diperoleh wastra yang terdapat di segala penjuru tanah air ini pada 2 Oktober 2009.

Jika mengacu pada Batik Trusmi di Cirebon, bisa dikatakan 100 persen wastra diproduksi oleh UMKM. Sebagai catatan, batik printing bukan termasuk  batik karena proses pembuatannya yang tidak melalui proses sebagaimana pembuatan batik.

Karenanya sangat tepat jika Dekranas berupaya mengakselerasi wastra sebagai produk UMKM nasional. Rencananya, Dekranas menampilkan wastra-wastra produksi UMKM ke panggung internasional, salah satunya wastra yang diproduksi oleh pelaku UMKM di Bali.

"Kami ingin menyampaikan bahwa dalam selembar kain terdapat filosofi kehidupan yang sarat makna, terdapat pesan dan cerita serta kandungan nilai kehidupan yang sarat hikmah," ujar Anna Plate, di acara webinar Digitalk "Bersama Dekranas Mendorong Percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional Melalui UMKM Kreatif Wastra" yang digelar di Sheraton Bali, pada 30 Juni 2022.

Sementara Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kemenkominfo, Usman Kansong mengungkapkan Kominfo sebagai ex-officio, sudah menyosialisasikan dan mempublikasikan gebrakan Dekranas dalam hal preservasi produk kerajinan budaya nasional termasuk kain wastra atau wastra tenun.

"Kami berharap kolaborasi ini dapat terus terjaga dan berlangsung dari bulan ini sampai nanti bulan Agustus 2022 ketika Kemenkominfo menjadi Campaign Manager untuk Gernas BBI yang berpusat di provinsi Papua", tuturnya.

Upaya Dekranas dan Kominfo dalam meng-go internasional-kan wastra Indonesia sangat tepat. Pertama, karena wastra memiliki nilai seni tinggi yang menjadi incaran kolektor mancanegara. Kedua, wastra diproduksi oleh UMKM yang menjadi tulang punggu perekonomian nasional..

Kilau Digital Permata Flobamora yang Layu sebelum Berkembang.

Setahun lalu, atau tepatnya pada 18 Juni 2021, Menkominfo Johnny G Plate mengunjungi Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT) dalam rangka menghadiri puncak acara "Kilau Digital Permata Flobamora".

Kilau Digital Permata Flobamora sendiri merupakan bagian dari Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia seri Juni 2021 di mana Kominfo manjadi salah satu anggotanya.. Sementara, Flobamora adalah kawasan kepulauan di Nusa Tenggara Timur, meliputi Flores, Sumba, Timor, dan Alor. 

Dalam kesempatan itu, Johnny G. Plate mendorong pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) untuk meng-go digital-kan promosi penjualannya sehingga bisa menjangkau pasar yang lebih luas.

Kilau Digital Permata Flobamora sendiri digelar oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) selaku penyelenggara utama dan pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sebagai pendukungnya.  

Lewat Kilau Digital Permata Flobamora, Menkominfo Johnny G Plate menargetkan 30 juta UMKM telah tergabung dalam ekosistem digital pada 2024

"Target kami adalah hasil karya artisan, kehebatan-kehebatan local wisdom itu harus bisa ditampilkan di dalam ruang digital melalui marketplace untuk menjangkau pasar yang tidak terbatas, tidak saja pasar domestik tapi juga cross border atau lintas negara," sambungnya.

Tapi, apa yang terlihat saat ini?

(Dok. Pri)
(Dok. Pri)

Saat ini, "Kilau Digital Permata Flobamora" sudah tidak terdengar lagi gaungnya. Malah, menurut who.is, domain kilaudigitalflobamora.id saat ini sudah berstatus inactive. Google Cache pun sudah tidak meng-crowl data yang pernah diunggah website ini karena error berkode 503.

Timbul pertanyaan, kenapa pemerintah tidak mengelola website tersebut?

Reseller dan Dropshipper: Belajar dari "Kilau Digital Permata Fobamora"

Ketika bersama 20 Kompasianer menulis kiprah UMKM yang dikemas dalam buku "Hidup yang Lebih Berarti" pada 2016, penulis memperoleh informasi bahwa hampir seluruh pelaku UMKM yang memproduksi batik Trusmi telah meng-go digital-kan usahanya. Hal ini dikarena layanan internet di daerah Trusmi sangat bagus dan sebagian anak mudanya sudah melek e-commerce.

Namun, bagaimana dengan UMKM-UMKM daerah-daerah lainnya di Indonesia?

Sebagaimana diketahui, sejumlah daerah di Indonesia, terutama di daerah 3T (terluar, tertinggal, dan terpencil) belum mendapatkan layanan internet yang baik. Beruntung, Kominfo terus menggenjot infrastruktur komunikasi agar semua daerah di Indonesia mendapat layanan internet.

Di samping persoalan layanan internet, banyak pelaku UMKM yang belum dapat meng-go digital-kan usahanya karena berbagai faktor. Beberapa di antaranya karena tingkat pendidikan, usia, dan penguasaan pada ekonomi digital. Sialnya, produksi wastra lebih banyak diminati oleh generasi "U" atau uzur. 

Ada dua solusi untuk meng-go digital-kan produk-produk UMKM wastra agar dapat melanglang buana. Pertama melalui sistem reseller dan kedua melalui sistem dropship.

Untuk sistem reseller masalahnya ada pada kemauan pelaku usaha ini untuk menanamkan modalnya untuk membeli dan menjual produk-produk wastra melalui etalase digitalnya.

Dalam pemasaran wastra yang memiliki banyak dimensi, banyak faktor yang dipertimbangkan oleh reseller, salah satunya motif kain. Reseller pastinya hanya akan mendistribusikan motif kain yang banyak diminati oleh pasar. Untuk motif-motif yang laku terjual, reseller pastinya mau menanamkan modalnya. Dan, biasanya motif-motif tersebut sudah terkenal.

Lantas bagaimana dengan motif yang belum terkenal?

Untuk motif yang belum terkenal, pemasaran bisa dilakukan dengan sistem dropshipping. Dengan sistem ini pemasar tidak perlu modal untuk membeli dan menyiapkan ruang untuk penyimpanan. Pemasar cukup menawarkan barang dagangannya melalui berbagai platform digital.

Masalahnya, untuk sistem ini, baik pelaku dropshipping sebagai pemasar dan pelaku UMKM harus sama-sama melek e-commerce. Pasalnya, dropshipper yang mendapat pesanan harus menginformasikan kepada pengrajin agar mengirimkan barang kepada pembelinya. Jika pengrajin wastra tidak melek e-commerce, maka sistem ini akan mandek.

Untuk mengatasinya, pelaku dropshipping-lah yang harus mengambil barang pesanan untuk kemudian dikirimkan ke pembelinya. Untuk itu pelaku dropshipping harus tinggal di sekitaran pengrajin wastra.

Pemerintah tinggal mengajak warga yang bermukim di sekitar tempat usaha wastra untuk membuka usaha dropshipping-nya. Namun, untuk itu pemerintah perlu memberikan pelatihan kepada warga yang berminat. Dalam hal ini Kominfo bisa melaksanakannya lewat Program Digital Talent Scholarship. Selain itu, Kominfo juga bisa menggerakkan komunitas digital, seperti SiberKreasi.

Dengan memasarkan produk UMKM wastra melalui sistem dropshipping ini, Kominfo secara tidak langsung telah membuka lapangan pekerjaan baru bagi warga, yaitu dropshipper.

Salah satu kelebihan dari sistem ini adalah pemerintah atau Kominfo tidak perlu mengelola website. Karena pengelolaan website sudah dilakukan oleh pelaku dropshipper. 

Di sisi lain, pemerintah tinggal melakukan pengawasan dan bimbingan saja. Sehingga beban kerja pemerintah pun berkurang. Dan peristiwa inactive-nya kilaudigitalflobamora.id tidak terulang lagi.

Selain mengenalkan dan memasarkan wastra nusantara lewat e-commerce, Kominfo dan Dekranas juga bisa memanfaatkan ajang G20 pada November 2022 nanti. Di ajang itu Dekranas bisa menempatkan booth-booth-nya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun