Tidak sedikit yang beranggapan proyek Satelit Satria hanya omong kosong belaka. "Cuma proyek abal-abal untuk menghambur-hamburkan kan duit rakyat," kata mereka yang sinis.
Satelit Satria: Proyek Akal-Akalan?
Satelit Republik Indonesia (SATRIA) merupakan satelit multifungsi (SMF) yang digagas saat Kementerian Komunikasi dan Informatika dipimpin oleh Rudiantara. Satelit yang digadang-gadang sebagai yang terbesar di Asia Tenggara ini dibangun oleh pabrikan asal Perancis, Thales Alenia Space. Ketika digagas, Satria direncanakan selesai dan siap diluncurkan pada kuartal kedua tahun 2022.
Rudiantara ketika itu mengatakan bahwa  proyek SMF merupakan salah satu bentuk upaya pemerintah dalam menuntaskan persoalan konektivitas pada layanan publik pemerintahan di seluruh wilayah Indonesia, khususnya di daerah 3T (tertinggal, terdepan dan terluar) dan Perbatasan.
"Kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan yang cukup menantang dalam penyediaan jaringan terestrial merupakan alasan utama sehingga teknologi satelit menjadi solusi yang tepat-guna dalam mengentaskan kesenjangan akses broadband internet," kata Rudiantara saat acara penandatangan Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) di Jakarta pada 3 Mei 2019.
Ketika itu tidak ada satu pun komentar-komentar miring atau kritik tentang proyek Satelit Satria. Bahkan bisa dikatakan proyek ini berjalan mulus tanpa ada usikan sedikit pun.
Jika meng-googling, pandangan miring terhadap proyek Satelit Satria yang diamanatkan kepada Kementerian Komunikasi dan Informatika ini baru ramai terdengar sejak beberapa waktu setelah Johnny G Plate menjabat sebagai menkominfo menggantikan pejabat sebelumnya: Rudiantara.
Dikatakan "baru ramai", karena ketika itu setidaknya hanya Roy Suryo, anggota DPR RI asal Partai Demokrat yang menyuarakan keberatannya. Roy menyampaikan kritiknya saat Rapat Dengar Pendapat dengan Kemkominfo pada 23 Juli 2019.
Kalau memang benar proyek Satelit Satria hanya proyek omong kosong atau proyek akal-akalan untuk menghambur-hamburkan APBN, seharusnya lontaran-lontaran pernyataan miring sudah ramai terdengar sejak rencana proyek ini diumumkan oleh Menkominfo Rudiantara.
Maka muncul satu pertanyaan, apa yang sesungguhnya menjadi sasaran tembak, program Satelit Satria atau Menkominfo Johnny Plate?
Bukan Satelit Satria, tapi Menkominfo Johnny Plate yang Disasar
Johnny Plate mendapat amanat sebagai Menteri Komunikasi dan Informatika sejak Presiden Joko Widodo melantik Sekretaris Jenderal Partai Nasional Demokrat itu pada 23 Oktober 2019.
Kepada Johnny, Jokowi juga meminta Kemkominfo segera merampungkan masalah kedaulatan data pribadi.Â
"Johnny G Plate menjadi Menkominfo. [Tugasnya] berkaitan dengan cyber crime, kemudian teknologi informasi menjadi wilayah dia," ujar Jokowi pada 23 Oktober 2019 sebagaimana yang dikutip CNBC Indonesia.
Sebelum menjabat sebagai menkominfo, Johnny G Plate dikenal luas sebagai anggota DPR RI periode 2014-2019 dari daerah pemilihan Nusa Tenggara Timur I. Di lembaga negara yang berkedudukan di bilangan Senayan, Jakarta, itu, Johnny tercatat anggota Komisi IX.
Kiprah pria kelahiran Ruteng, Nusa Tenggara Timur di Komisi yang membidangi masalah keuangan, perencanaan pembangunan nasional, perbankan, dan lembaga keuangan bukan bank memang tidak terekspos media. Namun demikian, rekam jejak pernyataan-pernyataannya dan juga gagasan-gagasannya dapat dibaca melalui WikiDPR.
Johnny pun tak canggung mengkritik anggota DPR yang menurutnya kerap bolak-balik ke daerah pemilihan namun tidak sanggup mengakomodir kebutuhan rakyat di dapilnya.Â
Kepada kepala daerah, Johnny pun melempar kritikannya. Menurutnya, banyak kepala daerah yang memiliki kepentingannya sendiri, akibatnya, anggaran lebih banyak dihabiskan untuk program-program yang terkait kepentingan kepala daerah.
Menariknya lagi, sebagai wakil rakyat dari parpol koalisi pemerintah, Johnny G Plate juga tidak segan mengkritik pengawasan keuangan oleh pemerintah pusat.
Menurut Johnny, pemerintah jangan hanya terbatas auditing teknis tetapi juga sasaran pembangunannya. Ditambahkan juga olehnya, bahwa asumsi tidak hanya disusun, tetapi perlu melihat berbagai aspek dan protokol untuk mengatasi dampak terhadap perubahan landscape perekonomian perlu.
Atas sikap kritisnya itu, wajar bila Johnny Plate tidak begitu disukai oleh kawan maupun lawan. Maka tidak mengherankan bila banyak pendukung Presiden Jokowi pun kerap menyerang Johnny Plate dan berbagai kebijakan-kebijakannya selaku menkominfo.Â
Karenanya, sangat tidak mengherankan bila setiap berembus isu reshuffle kabinet, nama Johnny G Plate kerap disebut-sebut sebagai salah satu menteri yang bakal dicopot.
Ketua Kelompok Relawan Pendukung Presiden Joko Widodo, Jokowi Mania (Joman) Immanuel Ebenezer, misalnya, pernah mengusulkan kepada Jokowi untuk mencopot Johnny Plate sebagai Menkominfo. Alasannya, Menkominfo  Johnny G Plate tidak tegas dalam memberikan kebijakan. Diantaranya soal kasus pemblokiran situs-situs dan akun radikal di media sosial.
"Menkominfo melempem dalam pemblokiran situs-situs atau akun-akun radikal di media sosial," kata Immanuel pada 13 April 2021.
Alasan pencopotan yang sangat dicari-cari. Dan, bagi warga negara yang telah lama melawan radikalisme, pemblokiran akun-akun media sosial yang dinilai mengujarkan paham radikalisme berikut juga situs-situsnya sebenarnya bukan langkah yang tepat.Â
Tetapi, faktanya, sampai saat ini posisi menkominfo tetap dipercayakan pada Johnny Plate.
Keberlangsungan Satelit Satria juga Berkat Kengototan Menkominfo Johnny Plate
Keberlangsungan Satelit Satria sempat dipersoalkan pada 2020. DPR RI ketika itu mempertanyakan persoalan dana. Menurut DPR, ada ketidakjelasan sumber dana yang akan digunakan oleh Kemenkominfo dalam membangun Satelit Satria.Â
"Pertama ketidakjelasan itu. Berapa sih harga satelit itu dan juga berapa harga ground segment-nya. Sama sekali tidak dijelaskan oleh Pak Menteri berapa anggaran yang dibutuhkan," ujar Anggota Komisi I dari Fraksi PPP Syaifullah Tamliha dalam RDP di Kompleks DPR RI, pada 5 Februari 2020.
Selain, DPR RI, Direktur Center For Budget Analysis (CBA), Uchok Sky Khadafi juga buka suara menyoroti anggaran Satelit Satria. Uchok meyakini dana USO yang didapatkan oleh Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) tidak mencukupi untuk membayar kewajiban pembiayaan satelitnya.Â
Namun, karena dilandasi kebutuhan yang sebenarnya cukup mendesak. Kemkominfo yang ketika itu sudah dipimpin oleh Johnny G Plate terus mencoba mencari peluang pengadaan dana bagi proyek Satelit Satria.Â
Setelah financial closing yang terpaksa harus molor karena sejumlah alasan, termasuk Pandemi Covid-19, akhirnya proyek Satelit Satria kembali berjalan.
Di bawah komando Johnny G Plate, diputuskan skema pembiayaan proyek Satelit Satria dilakukan melalui Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU). Di mana Satelit Satria dikerjakan oleh PT Satelit Nusantara Tiga (SNT), perusahaan yang dibentuk oleh pemenang tender yang terdiri dari PT Pintar Nusantara Sejahtera, PT Pasifik Satelit Nusantara, PT Dian Semesta Sentosa, dan PT Nusantara Satelit Sejahtera.
SNT sendiri selaku badan usaha swasta yang mengoperasikan Satelit Satria telah menggaet dua investor untuk pendanaannya, yakni BPI France dan Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) dari China.
Selanjutnya, pada 21 Februari 2021, Menkominfo Johnny G Plate mengungkapkan bahwa capital expenditure proyek Satelit Satria yang sebesar USD 545 juta terdiri dari porsi ekuitas sebesar USD 114 juta dan porsi pinjaman sebesar USD 431 juta.
"Pinjaman ini didanai oleh sindikasi BPI France dan didukung oleh Banco Santander, HSBC Continental Europe, dan The Korea Development Bank (KDB). Porsi pinjaman komersial didanai oleh KDB dan bersama dengan Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB)," ujar Johnny secara virtual yang dihelat pada 26 Februari 2021.
Seperti dalam artikel "Satelit Satria Terancam Distop, Johnny Plate Ngotot Lanjut" Menkominfo Johnny Plate ngotot melanjutkan proyek Satelit Satria. Sekalipun waktu peluncuran dimundurkan ke November 2023 atau lebih dari satu tahun dari rencana awal, namun sampai saat ini proyek Satelit Satria nyaris tidak menemukan masalah yang berarti.Â
Bukti Kuat Satelit Satria bukan Omong Kosong
Bukan hanya itu. lewat duta besarnya untuk Indonesia dan Timor Leste, H.E Owen Jenkins, pemerintah Inggris menyatakan kesiapannya memberikan dukungan dana pada pembangunan Satelit SATRIA-2. Pernyataan itu disampaikan Owen saat menemui Menkominfo Johnny Plate di Kantor Kemkominfo pada 25 Februari 2022.
"Pemerintah Inggris dan perusahaan Airbus yang didukung melalui pembiayaan UK Export Financing dapat membantu Pemerintah Indonesia dalam menyiapkan kebutuhan akses internet. Melalui keuangan ekspor Inggris, kami dapat mendukung pekerjaan luar biasa yang dilakukan oleh Bapak Menteri Kominfo untuk menyediakan akses internet di seluruh kepulauan yang menakjubkan ini," ujar Owen.Â
Kesediaan pemerintah Inggris mendanai proyek Satelit Satria-2 ini menguatkan bukti bila proyek ini bukan omong kosong belaka atau proyek yang dibuat untuk menghambur-hamburkan uang rakyat.Â
Semestinya, sebelum terlanjur meluapkan ketidaksukaannya pada Johnny Plate sebagai menkominfo, bukan kepada Satelit Satria, ada baiknya mencermati fakta-fakta terkait Satria dan kinerja Johnny G Plate dalam melangsungkan proyek ini.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H