Mohon tunggu...
Gatot Swandito
Gatot Swandito Mohon Tunggu... Administrasi - Gatot Swandito

Yang kutahu aku tidak tahu apa-apa Email: gatotswandito@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Rumor Pertemuan Moeldoko-Megawati: Buatan Siapa?

18 Maret 2021   19:37 Diperbarui: 18 Maret 2021   20:03 1232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Megawati (Sumber: Kompas.com)

Pertemuan Moeldoko dengan Megawati menjadi salah satu isu yang sempat menjadi sorotan pasca-KLB Demokrat Sibolangit. Menurut isu yang diberitakan Koran Tempo edisi 15 Maret 2021 itu, Moeldoko mengutarakan alasannya menerima ajakan sejumlah elit Partai Demokrat untuk mengambil alih kepemimpinan partai dari tangan Agus Harimurti Yudhoyono. Sebaliknya, masih menurut Tempo, Megawati hanya mendengar saja.

Menariknya, meskipun sudah dimintai klarifikasi oleh Tempo, pada mulanya pengurus PDIP, termasuk sekjen PDIP Hasto Kristiyanto tidak mau menjawabnya.  Barulah sehari setelah berita pertemuan Moeldoko-Megawati ramai dibicarakan, terutama oleh elit-elit Demokrat loyalis SBY, Hasto membantahnya. Kata Hasto, pertemuan tersebut hoax.

Dalam bantahannya, Hasto mengatakan pemberitaan Tempo telah melanggar prinsip dan etika jurnalistik. Ia pun menambahkan sejumlah pihak masih saja gagal memahami sifat serta sikap PDIP yang tidak ingin mengintervensi urusan rumah tangga partai politik lain. 

"Pemberitaan secara sepihak Koran Tempo yang sepertinya ada pertemuan antara Ketua Umum PDI Perjuangan, Ibu Megawati Soekarnoputri dengan Pak Moeldoko sama sekali tidak berdasar, dan pertemuan tersebut sama sekali tidak terjadi. Apa yang diberitakan Koran Tempo telah melanggar prinsip dan etika jurnalistik," tegas Hasto dalam keterangannya seperti yang dikutip Berita Satu.

Namun, sayangnya, alibi yang disampaikan Hasto tersebut terlalu normatif. Hasto tidak mengutarakan alibi-alibi lainnya sehingga meski telah secara resmi dibantah oleh PDIP, rumor pertemuan Moeldoko-Megawati masih tetap dipercaya kebenarannya.

Pembuat rumor pertemuan Moeldoko-Megawati ini terbilang cerdas. Pasalnya, ia mengatakan bila dalam pertemuan tersebut Megawati lebih memilih mendengarkan penjelasan Moeldoko. 

Dengan begitu ia hanya menceritakan keterangan Moeldoko yang sebenarnya sudah diketahui publik. Sebaliknya ia tidak merumorkan sikap Megawati yang sampai saat ini belum secara langsung menyatakan sikapnya terkait konflik internal Partai Demokrat. Dengan kata lain, si pembuat rumor masih memisterikan sikap Megawati.

Namun, justru dengan memisterikan sikap Megawati terhadap konflik internal Demokrat tersebut, si pembuat rumor sebenarnya ingin memancing reaksi PDIP sekaligus kader Demokrat loyalis SBY.

Sial bagi si pembuat rumor, pancingannya tidak berhasil. Selain Hasto yang menegaskan bahwa partainya tidak mau melibatkan diri dengan urusan parpol lain, politisi Demokrat Andi Arief malah menyebut rumor tersebut sebagai upaya adu domba Megawati-SBY.

Sebelumnya, pada 17 Februari 2021, mantan Sekjen Partai Demokrat Marzuki Alie melempar isu SBY mengungkapkan bahwa Megawati kecolongan dua kali saat Pilpres 2014. 

"Pak SBY nyampaikan, 'Pak Marzuki, saya akan berpasangan dengan Pak JK. Ini Bu Mega akan kecolongan dua kali ini. Kecolongan pertama dia yang pindah. Kecolongan kedua dia ambil Pak JK. Itu kalimatnya," kata Marzuki kepada Akbar Faisal yang dikutip Kompas.com dari video yang diunggah lewat kanal YouTube Akbar Faisal Uncensored. 

Tidak seperti terhadap rumor pertemuan Moeldoko-Megawati, ketika itu Hasto meresponnya. Kata Hasto, pernyataan Marzuki tersebut membuktikan bahwa SBY memang melakukan sejumlah pencitraan dan telah berbuat dzalim demi politik pencitraan.

"Terbukti bahwa sejak awal Pak SBY memang memiliki desain pencitraan tersendiri termasuk istilah 'kecolongan dua kali' sebagai cermin moralitas tersebut," kata Hasto seperti yang dikutip Kumparan.com.

Langkah Marzuki membuka luka lama ini hubungan Megawati-SBY ini terbilang cerdas. Pertama, tentu saja, ia berhasil mencoreng muka SBY. Kedua, Marzuki yang menyatakan dirinya siap bermubahalah atas ucapannya itu sepertinya dengan sengaja menyeret Megawati dalam kemelut Partai Demokrat. Sebab, bagaimanapun juga Presiden Jokowi dan Menkumham Yasonna Laoly merupakan kader PDIP pimpinan Megawati. Dan, dalam sejumlah kesempatan, Megawati kerap mengingatkan Jokowi sebagai petugas partai pimpinannya.

Posisi Megawati atas kedua kadernya, Jokowi dan Yasonna, itulah sesungguhnya yang dijadikan pondasi oleh si pembuat rumor. Pasalnya, dengan rumor pertemuan Moeldoko-Megawati, posisi Jokowi dan Yasonna menjadi terpojok. Lewat rumor tersebut, Jokowi dan Yasonna dinarasikan mendapat tekanan dari Megawati untuk lebih condong kepada Moeldoko. 

Karenanya, jika rumor pertemuan Moeldoko-Megawati tersebut dianggap sebagai kelanjutan isu yang diungkapkan Marzuki Alie, maka narasi adu domba sebagaimana yang dugaan Andi Arief adalah benar. Karena dengan adanya pertemuan seperti yang dirumorkan itu, Megawati dihadap-hadapkan dengan SBY.

Tetapi, isu "Megawati kecolongan dua kali" diembuskan Marzuki untuk menyerang SBY. Sebaliknya, rumor pertemuan Moeldoko-Megawati dilempar ke publik lewat Tempo untuk memojokkan Jokowi dan Yasonna. 

Jelas, bukan hanya perbedaan target, tetapi juga pertentangan sasaran antara isu yang dilempar Marzuki dan rumor pertemuan Moeldoko-Megawati. 

Dengan pertentangan itu, logika sederhananya, bila isu "Megawati kecolongan dua kali" diembuskan oleh Marzuki Alie yang notabene pendukung KLB Sibolangit, maka rumor pertemuan Moeldoko-Megawati pastinya dilemparkan oleh pihak yang berlawanan posisi dengan Marzuki Alie atau pihak yang mencoba menangguk keuntungan dari kemelut Partai Demokrat.

Namun demikian, faktanya, sejak awal isu kudeta mencuat,  loyalis SBY telah berupaya menyeret Istana dengan berkirim surat kepada Jokowi untuk menanyakan kebenaran keterlibatan Moeldoko dalam kudeta Partai Demokrat. Selain itu, Andi Mallarangeng pada telah mengungkapkan kekhawatirannya akan restu Jokowi pada Moeldoko. Dua peristiwa ini mengindikasikan bila rumor pertemuan Moeldoko-Megawati kemungkinan besar sengaja diembuskan oleh loyalis SBY.

Upaya menyeret Istana dan lingkarannya bukannya tanpa tujuan. Setidaknya lewat upaya itu, loyalis SBY bisa menarasikan AHY sebagai David yang tengah menghadapi Goliat. Dengan begitu, AHY akan mendapat simpati publik. Ujung-ujungnya, tentu saja, meningkatnya elektabilitas AHY.

Sayangnya, rumor pertemuan Moeldoko-Megawati kurang dipersiapkan secara matang sehingga hanya dengan sekali bantahan, rumor ini sudah langsung mendingin untuk selanjutnya hanya menjadi pergunjingan. 

Sebaliknya, bila di kemudian hari rumor pertemuan Moeldoko-Megawati terbukti benar, maka loyalis SBY akan menang besar. 

Namun, sekali lagi, di dunia ini, apalagi di alam politik yang terkenal kotor, segala kemungkinan bisa terjadi. Politics is the art of the possible. Begitu juga dalam isu pertemuan Moeldoko-Megawati. Pelaku pembuat rumor bisa siapa saja dengan motifnya masing-masing.

Skenario SBY Ghosting Moeldoko (Sebuah Spekulasi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun