Anehnya, sekalipun dirugikan, Jiwasraya tidak pernah menggugat Bakrie Group. Jangankan melaporkannya kepada polisi, Jiwasraya bahkan tidak menggugat Bakrie Group secara perdata.
Celakanya, sekalipun negara dirugikan, pimpinan Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) terbelah dua dalam menyikapi kerugian yang dialami Jiwasraya. Ada petinggi BPK yang menginginkan pembelian saham kelompok Bakrie dimasukkan sebagai obyek investigasi. Sebagian lagi berpendapat periode audit dibatasi hanya pada 2016-2019. Artinya, investigasi BPK diarahkan untuk tidak sampai menyentuh Bakrie Group.Â
Konon, menurut Majalah Tempo, dari sembilan petinggi BPK, hanya dua yang bersikeras melokalisir kasus Jiwasraya hanya pada periode 2016-2019. Namun, bisa diduga bila dua petinggi BPK tersebut lebih memiliki pengaruh dari tujuh petinggi lainnya.
Belum jelas, siapa dua petinggi BPK yang terkesan menjauhkan Bakrie Group dari kasus Jiwasraya. Dan, siapa tangan kuat di belakang keduanya. Namun, tidak atau belum disentuhnya Bakrie Group mengingatkan kembali pada kasus PT Bumi pada 2008 seperti yang ditulis dalam Pernah Dibongkar WikiLeaks, Apakah Sosok "More Senior" Kembali Cawe-cawe dalam Skandal Jiwasraya?
Sebagaimana diberitakan media, munculnya nama Bakrie Group yang kemudian diamini Kejaksaan Agung berawal dari tulisan tangan Benny Tjjokro. Bukan dari pihak Jiwasraya atau BPK. Â
Tetapi, ada satu sisi yang menarik dalam skandal Jiwasraya. Skandal ini bermula dari laporan Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno bernomor  Nomor : SR - 789 / MBU / 10 / 2019. Laporan itu diteken Rini pada 17 Oktober 2019 atau tiga hari jelang pelantikan Jokowi untuk periode keduanya. Ada apa dengan orang dekat Ical ini?.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H