Lho, kok judulnya njiplak tulisannya Mbah Peang yang diposting kemarin. Judul boleh saja sama, tapi yang penting hatinya.
Sebelumnya mau curcol dulu.
Ada aturan baru di Kompasiana. Artikel yang diposting akun terverifikasi otomatis dilabel "PILIHAN". Label itu bisa terus berlanjut, bahkan diberi bonus HL, tapi bisa juga dicopot. Semua tergantung admin.
Oke. Soal label, apapun itu, itu mutlak admin. Mutlak, absolut, dan tidak bisa ditolak.
Masalahnya, K-er menangkap pencopotan label sebagai hukuman. Artikel yang labelnya dicopot dianggap hoax, ngawur, tidak pantas tayang, melanggar ini dan itu.
Sementara, non K-er yang tidak paham soal perlabelan tidak begitu peduli. Paling hanya menyentil ketidakadaan label setelah membandingkan dengan artikel-artikel lainnya, non-K er tidak menyoal pencopotan. Jadi, pandangan non-Kompasianer idak begitu jadi masalah.
Contohnya, artikel "Mata Najwa Diduga Tayangkan Rekam Medis Palsu Novel Baswedan" ini.
Artikel yang saya tulis minggu lalu itu, dianggap asal-asalan, tidak bertanggung jawab, provikatif, bermuatan fitnah, hoax, dll.
Padahal, dalam artikel tersenut diunggah tangkapan layar program Mata Najwa sebagai bukti bila dugaan tersebut bukan fitnah, bukan hoax, bukan mengada-ada.
Ditanya ini-itu, saya cuma bisa jawab, kalau artikel itu bermasalah, pasti sudah dihapus admin. Artikel itu tidak melanggar aturan Kompasiana terbukti artikel itu masih eksis.
Dan, sekalipun label pada artikel tersebut dihapus, bukan berarti artikel tersebut tidak bisa dipertanggungjawabkan.Â
Apalagi 35 % isi dari artikel tersebut diambil dari artikel sebelumnya yang di-HL-kan admin.
Tapi kemudian pertanyaan kedua datang, kalau tidak bermasalah, kenapa admin sampai mencopot label?
Saran saya sederhana saja. Daripada otomatis dapat label tapi dicabut yang menimbulkan kesam negatif, lebih baik kembalikan aturan perlabelan ini seperti sebelumnya. Toh, apapun aturannya admin tetap membacanya.
Untuk pemblokiran akun, usul saya, sebelum memblokir akun sebaiknya admin menimbang juga jumlah artikel yang diposting akun yang bersangkutan.
Soal pemblokiran begini. Karena dinilai melanggar 5 kali, sebuah akun diblokir admin. Bayangkan kalau akun tersebut sudah posting ribuan artikel. Apa hanya 5 artikel yang dinilai melanggar, lantas ribuan artikel lainnya ikut jadi korban?
Memang benar, artikel milik akun yang sudah diblokir masih bisa diakses. Tapi dengan stempel besar "Akun Diblokir" yang hampir menutupi space profil penulis jelas membuat tidak nyaman
Dalam sepak bola ada sempritan, kartu kuning, kartu merah, sampai larangan bermain untuk rentang waktu tertentu.
Admin bisa mencontohnya. Misalnya, menonaktifkan akun pelanggar aturan selama 3 bulan atau tidak membayar k reward selama 3 bulan.
Penonaktifan akun pelanggar untuk sementara waktu bisa dibilang lebih adil bagi penulis dan juga bagi K.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI