Mohon tunggu...
Gatot Swandito
Gatot Swandito Mohon Tunggu... Administrasi - Gatot Swandito

Yang kutahu aku tidak tahu apa-apa Email: gatotswandito@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Lewat "Proposal 660 WNI-ISIS," Assad Coba Tekan Jokowi

9 Februari 2020   09:54 Diperbarui: 9 Februari 2020   09:52 6984
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tentara ISIS (Sumber: Kompas.com)

Tentu saja, menolak kepulangan ISIS yang berarti menyetujui proposal Assad akan membuat Assad semakin kuat. Situasi ini tidak diinginkan oleh Amerika Serikat. Karenanya pada 18 Februari 2019, Presiden AS Donald Trump meminta negara-negara Eropa untuk menerima kepulangan ratusan milisi ISIS. Dari sini bisa disimpulkan, jika menolak kepulangan WNI-ISIS, berarti Jokowi telah menentang Trump.

Sesungguhnya, pendeportasian WNI-ISIS merupakan ongkos yang harus dibayar karena orang nomor satu di Indonesia pernah menyampaikan pesan agar Assad untuk segera lengser dari kursi kepresidenannya. Pesan itu disampaikan Presiden RI lewat ahli tafsir asal Suriah, Syekh Muhammad Ali Ash-Shobuni, di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, pada pada 7 Januari 2013,

"Suriah membutuhkan pemimpin lain yang lebih mencintai rakyatnya. Demikian yang disampaikan Bapak Presiden," ungkap juru bicara kepresidenan, Julian Aldrin Pasha, di Istana Kepresidenan Bogor seperti dikutip Tempo.co.

Sekarang tinggal kembali kepada Jokowi dan kabinet yang dipimpinnya. Jika proposal Assad tersebut ditimbang cukup berat, lebih baik Jokowi menolaknya. Konsekuensinya, 660 WNI-ISIS akan dideportasi dari Suriah. Tapi, kepulangan mereka ke tanah air bukanlah masalah bagi Indonesia. Karena bagi Indonesia, kepulangan ke-660 WNI-ISIS tersebut bagaikan menggarami air laut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun