Sewaktu mereka-reka isi GSite.id, saya benar-benar full imajinasi. Saya ingin artikel yangsaya posting di GSite.id seperti inilah dan itulah. Saya juga berniatmengunggah artikel sedikitnya dua kali seminggu. Sebuah niat suci yang pastinyadiridhoi oleh Yang Mahakuasa.Sebulan setelah menyewa server, saya masih belajar inidan itu. Lepas sebulan, ternyata saya masih keasyikan belajar. Gegara itu, sayajadi malas menulis. Tiga sampai empat bulan, ternyata saya masih juga mengopreksana-sini. Padahal, yang saya oprek cuma tampilan. Itu pun cuma memasukkan kodeCascading Style Sheet (CSS)"display: none".
Dari ngoprekwebsite selama berbulan-bulan yang tanpa hasil itu, saya bisa masuk surgagegara ghibah saya pada admin Kompasiana sudah berkurang jauh, dari 100 kaliper hari menjadi 37 kali per minggu. Pasalnya, saya jadi tahu betapa ribetnyamengelola sebuah website, apalagi seperti Kompasiana dengan puluhan ribuanggota dan ratusan unggahan artikel per hari. Kalau dulu saya ikut mengampanyekan "Kalau nggak errorbukan Kompasiana", sekarang sudah tidak lagi.
Karena saya tahu persis kalauerror itu seperti Si Mbak CS dengan kumis tipisnya. Sekilas terasa mengganggu,tapi lama-kelamaan bisa dinikmati. Sekarang saya juga sudah paham sepaham-pahamnya pahamkalau loading Kompasiana ada yangbilang lelet. Karena sekarang sayatahu kalau kecepatan loading itu tergantung banyak faktor, salah satunya request.
Dari GTmetrix.com yang diambil pada 6 November 2019 pukul13.07-13.27 WIB, jumlah request untuk laman depan Kompasiana terekam ada 2.820dengan total page size 15,4 Mb. Bandingkan dengan laman beranda Kompas.com yangber-total page size 2.43MBdan 298 request.Â
SudahPunya GSIte.id, Bukan Posisi Ini yang Buat Saya masih Ngompasiana
Sejak awal merencanakan mengelola website sendiri, sayamemang tidak berniat meninggalkan blog keroyokan berslogankan #BeyondBlogging ini.Setiap artikel yang saya unggah di GSite rencananya saya mirror-kan diKompasiana. Alasannya, karena saya tidak tahu umur GSite.id. Bukankah sejakkecil kita mengimani kalau jodoh, rejeki, dan umur hanya Tuhan yang tahu.
Tapi, alasan saya masih tetap menulis di Kompasianakarena saya menginginkan posisi yang membuat saya merasa perkasa. Posisi yangsaya inginkan itu bukan 69, tapi posisi 10 besar search engine results pages SERP.
Setiap kali ada isu yang lagi ngetren dan kebetulan sayapunya opini untuk mengulasnya, saya berusaha meng-searchengine optimization-kantulisan saya. Dan, saya merasa puas kalau artikel yang saya posting masuk ke 10besar hanya dengan memasukan dua kata kunci.Â
Misalnya, pasramai-ramainya Enzo Allie diterima di Akmil, saya memposting "EnzoAllie dengan Bendera HTI-nya dan Moeldoko dengan Jilbabnya". Dan, hanya dengandua kata kunci (lebih dari itu saya pilih nyemplungke sumur) "enzo allie", artikel yang saya tayangkan pada bertengger di posisi 8besar.
Begitu jugasaat Bambang Widjojanto menjadi sri panggung sidang gugatan Pilpres 2019 di MK.Artikel tentang kuasa hukum pasangan Prabowo-Sandi yang saya posting itubermukim di posisi 9 hanya dengan mengetikkan dua kata kunci.
Tetapisekalipun dengan kata kunci "rocky gerung" masuk posisi 4 besar, artikel "PisauBolu Rocky Gerung Ini Anti Mainstream" tidak membuat saya bangga. Karena,ketika saya menuliskannya, tokoh yang ngetopdengan kata "dungu" itu hanya diberitakan oleh beberapa media mainstream.
Denganmengunggah artikel di Kompasiana, posisi 10 besar versi mesin pencari Googlesemakin mudah diraih. Pasalnya, menurut Websiteseochecker.com, Kompasianamemiliki domain authority (DA) 82.Â
Sementara,menurut Ahrefs.com, Kompasiana ber-DA 80. Bandingkan dengan Qureta.com yanghanya memiliki DA separuh dari yang dipunyai Kompasiana. Dan, DA untuk GSite.idmasih 0.
Dengan men-SEO-kan artikel, peluang artikep kita dibacaoleh lebih banyak pengakses internet pun semakin besar. Sayangnya, datapengakses artikel lewat mesin pemcari hanya diketahui oleh admin Kompasiana.Jadi, saya yang tidak memiliki akses ke kokpit Kompasiana tidak tahu jumlahpengakses artikel lewat Facebook, Twitter, Kompasiana, ataupun mesin pencari.
Malah, biarpun tidak di-SEO-kan, artikel-artikelkompasianer dengan tema-tema tertentu banyak dijumpai di laman pertama Googlehanya dengan dua atau beberapa kata kunci, seperti "assalmualaikum shalom", "waitinggodot", "dewi banowati", dan masih banyak lagi.
Karena DA Kompasiana juga, artikel "CaraMenghitung Poin motoGP & GP Formula1" yang diposting HerySyofyan pada 2 Mei 2013 saat sudah diklik sebanyak 120.250.Pada "masanya", artikel tersebut mem-booming. Â
Nah ini yang menarik, kalau mengetikkan "jack barsky"pada kotak pemncarian Google, sudah pasti akan menemukan artikel "EnzoAllie Bukan "Jack Barsky" HTI" yang saya tayangkan di Kompasianapada 10 Agustus 2019. Sebab, sampai detik ini, baru Kompasiana di nagara iniyang menayangkan artikel terkait Jack Barsky.