"Antara saya dan Ainun, adalah dua raga namun dalam satu jiwa," begitu kata Habibie suatu ketika.
(Artikel ini sudah ditulis sejak flim Habibie & Ainun diputar pada 2012, namun tetap saja tidak sanggup mengalimatkan cinta Habibie pada Ainun)
Cinta Habibie pada Ainun membuat jiwa Ainun menyatu dengan Habibie. Sementara dengan cintanya kepada Allah, Syekh Siti Jenar memanunggaling kawulo gustikan dirinya pada Allah.
Raga Habibie sudah meninggalkan dunianya pada 11 Sepetember 2019. Tetapi tidak dengan jiwanya. Jiwa Habibie masih berada di dalam jiwa setiap anak bangsa yang mencintainya.
Seperti Syekh Siti Jenar yang harum namanya. Konon dalam Babad Cirebon, makam Syekh Siti Jenar menyerbakkan harum kembang melati hingga area pemakamannya diberinama Kemelaten. Begitu juga dengan nama Habibie.
Karenanya sangat tepat jika Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil ingin menamai bandara yang berada di Kertajati, Kabupaten Majalengka, dengan nama Habibie. Namun alangkah lebih tepat lagi jika bandara yang baru dibangun itu diberi nama Habibie-Ainun.
Tentu bangsa ini tidak ingin mengikuti "kesalahan" nenek moyang saat memberi nama candi yang dibangun di Magelang pada abad 9 Masehi dengan nama Roro Mendut. Sebab, di samping Roro Mendut ada sosok pria yang dikasihinya: Pranacitra.
Ini Alasan Banyak Pria Kesal kepada Habibie
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H