Dan, ternyata, intimidasi dengan menggunakan nama Habibie terus berlanjut setelah kami menikah.
Para istri kerap kali menyindir kami. Terutama kalau pas memergoki kami meleng meliriki yang kinyis-kinyis mlenis. Para istri akan melototkan matanya bulat-bulat. Lantas sederet kalimat berparagraf-paragraf pun disemburkan. "Jadi suami tuh yang setia dan sayang sama istri. Contoh tuh Pak Habibie. Bla ... bla ... bla ... bla ..."
Bayangkan. Betapa tersiksanya kaum pria sejak era 1980-an.
Selamat jalan, Eyang Habibie yang humoris.
Saya doakan Eyang mendapat ridho Allah untuk dapat memandangi wajah-Nya sebagai kenikmatan tertinggi di surga.
Kejanggalan-kejanggalan Kasus Munir: Pollycarpus Lebih Beruntung dari Prabowo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H