Mohon tunggu...
Gatot Swandito
Gatot Swandito Mohon Tunggu... Administrasi - Gatot Swandito

Yang kutahu aku tidak tahu apa-apa Email: gatotswandito@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Sebelum Esek-esek, Adian Napitupulu Harus Waspadai Gedgetnya

7 September 2019   12:27 Diperbarui: 7 September 2019   13:08 10408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kalo mas penikmat susu. Susu cap nia," goda si pengirim pesan.

"Sinii..siniihhh," balas pemilik akun WhatsApp yang dipanggil dengan nama Nia.

Tampilan foto layar percakapan esek-esek yang sejatinya berlangsung di ruang obrolan pribadi aplikasi WhatsApp itu memviral di sejumlah jejaring media sosial pada akhir Oktober 2018. Dari deretan tampilan foto layar yang menyebar, sangat jelas jika foto layar itu diambil dari akun milik Nia.

Tak lama kemudian, media arus utama langsung menyambar dan memberitakannya.

"Kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di DPRD Kota Semarang bernama Imam Marjuki diduga terlibat hubungan terlarang dengan perempuan yang sudah bersuami. Pasangan selingkuhnya adalah calon anggota legislatif (caleg) DPRD Jawa Tengah dari Partai Gerindra berinisial RNS alias Nia,"

Bagaimana bisa percakapan pribadi di ruang privat aplikasi WA bisa menyebar luas? Mungkinkah Nia yang sengaja menyebarluaskannya?

Pada 8 Maret 2017, sejumlah media memberitakan informasi yang dibocorkan oleh situs WikiLeaks. Menurut informasi tersebut, 85 persen ponsel pintar yang beredar telah dimanfaatkan oleh CIA untuk mengumpulkan informasi intelijen. Untuk aktivitas intelijennya ini, CIA menggunakan kode rahasia "Vault 7"

Masih menurut situs yang didirikan oleh Julian Assange ini, peretasan dilakukan dengan memanfaatkan celah keamanan yang ada pada sistem operasi Android. Melalui celah inilah CIA dapat mengakses pesan suara maupun pesan tertulis dari berbagai jejaring sosial.

Sebenarnya, bocoran yang dibeberkan oleh WikiLeaks tadi bukanlah informasi yang. Sebelumnya, pada tahun 2013, informasi serupa pernah diungkap oleh mantan agen National Security Agency(NSA) Edward Snowden kepada The Guardian dan The Washington Post.

Dalam Mastering The Internet dan Global Telecoms Exploitation yang dibocorkan Snowden, kedua media tadi melaporkan adanya dua program pemantau yang dijalankan pemerintah Amerika Serikat.

Program pertama adalah pemantauan atas sambungan telepon ratusan juta rakyat AS. Program kedua adalah penyadapan terhadap sembilan jaringan internet.

Sementara program kedua yang diberi kode rahasia PRISM ini bertujuan untuk memantau aktivitas mencurigakan yang datang dari luar AS. Lewat program PRISM inilah NSA menyadap pengguna internet dan jejaring sosial seluruh dunia, termasuk di Indonesia.

Pada Juli 2012 atau sembilan bulan setelah Microsoft membeli Skype, NSA mengklaim mampu meningkatkan jumlah video call yang dapat disadap lewat jejaring sosial tersebut.

Bukan hanya Skype, menurut Snowden, NSA dapat mengakses informasi yang dikirim sejumlah peusahaan ternama seperti Microsoft, Apple, Google, Facabook, dan Yahoo.

Celakanya lagi, bukan hanya NSA yang mampu menyadap komunikasi di jejaring sosial. Sebuah trojan bernama Peskyspy pun mampu merekam panggilan suara dan menyimpanya dalam bentuk file MP3. File MP3 ini kemudian dikirim ke server yang sudah ditentukan oleh si penyadap.

Menurut Symantec, saat ini resiko ancaman Peskyspy masih rendah. Tetapi karena trojan ini tersedia secara bebas, maka pembuat malware bisa memanfaatkannya sabagai alat untuk memata-matai.

Dari informasi yang bocoran WikiLeaks, dua dokumen rahasia yang diungkap Snowden, dan beredarnya Peskyspy, jelas menunjukkan mudahnya menyadap komunikasi lewat jejaring internet. Dan, tidak menutup kemungkinan WA juga sudah bisa disadap.

Dan, kalau mencermati jumlah smartphone yang dapat disadap oleh CIA yang mencapai 85 persen, bisa jadi salah satu ponsel yang diretas adalah milik kita, termasuk milik Nia.

Malah, dalam film "Snowden" yang disutradarai oleh Oliver Stone diceritakan juga tentang keisengan pegawai NSA saat meretas laptop milik salah seorang putri pejabat. Lewat retasan itu, pegawai NSA dapat menyaksikan secara langsung aktivitas pribadi targetnya.

Soal keisengan dalam soal retas-meretas atau sadap-menyadap juga pernah menghebohkan media di tanah air pada tahun 2010. Saat itu diberitakan tentang keisengan Ketua KPK Antasari Azhar yang mengintruksikan pegawai KPK untuk menyadap nomor telepon milik Rani Juliani.

Bukan hanya NSA yang memiliki alat pengintai ponsel cerdas, Polri pun memilikinya. Alat milik Polri ini dinamakan Celebrite Ufed Touch. Dengan alat buatan Inggris ini, Polri mampu bisa mengakses semua aktivitas ponsel, bahkan aktivitas yang sudah dihapus di ponsel

Karenanya, Polri sudah mengoperasikan alat penyadapnya, maka anggota DPR harus berhati-hati jika ingin menonton film porno. Apalagi sampai ceroboh seperti yang dilakukan oleh Arifinto. Arifinto yang diketahui sebagai perintis Partai Keadilan ini kepergok wartawan saat tengah asyik menonton video porno di ruang rapat FPR yang ber-AC.

Bukan saja aktivitas esek-eseknya, lewat smart phone, posisi pemegang gadget ini pun bisa diketahui. Sebab, menurut penelitian terbaru dari Associated Press yang melibatkan peneliti dari ilmu komputer Princeton, beberapa layanan Google di perangkat Android maupun iOS menyimpan data lokasi pengguna.

Dengan adanya teknologi Google ini, sebaiknya anggota DPR berhati-hati saat mendatangi tempat-tempat panas, seperti panti pijat plus-plus. Bila perlu tinggalkan perangkat itu di rumah.


Kita tentu saja masih ingat ketika  Zulhamli Alhamid, anggota DPRD PKS Kota Jambi digelandang ke kantor polisi pada 3 Februari 2009. Sebelum digelandang, Zulhamli kepergok tengah berhubungan intim dengan seorang pemijat di sebuah panti pijat di Kota Jambi.

Jadi jelas, pengawas anggota DPR bukan hanya rakyat, tetapi juga smartphone Malah rakyat nyaris tidak punya daya untuk mengawasi wakilnya. Dengan teknologi penyadapan, sebagian dari aktivitas anggota DPR bisa diwasi.

Pada 1 Oktober 2019 nanti Adian Napitupulu akan kembali dilantik sebagai anggota DPR RI Periode 2019-2024. Adian yang merupakan kader PDIP ini pastinya bukan kader PKS seperti Imam Marjuki, Arifinto ataupun Zulhamli.

Adian pastinya tidak berniat sama sekali untuk melakukan aktivitas seksual seperti yang dijalani oleh ketiga partai yang kader dan simpatisannya kerap mengaku paling islami tersebut. Sebagai orang beragama yang memegang teguh imannya, Adian pastinya menjauhi segala sesuatu yang dilarang oleh agamanya.

Namun demikian, Adian tetap saja manusia biasa. Adrian bisa saja khilaf dan melakukan aktivitas seksual seperti yang dijalani oleh kader-kader PKS di atas. Tetapi, sebelum Adian terjatuh seperti ketiga elit PKS tadi, sebaiknya Adian harus mengingat jika ia diawasi oleh Tuhan dan juga smartphone-nya.

Sebagian dari artikel ini sudah ditulis di sini. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun