Mantan baru saja menelepon. Dia membangga-banggakan Edward Omar Sharif Hiarie. Â Katanya, Guru Besar Ilmu Hukum UGM yang biasa di sapa Prof Eddy tersebut sosok yang jenius.
Tapi, sebelum cerita lebih banyak tentang kekaguman mantan, saya mau mengritik Bambang Widjojanto (BW) dulu.
Dalam persidangan sengketa Pilpres 2019 di Mahkamah Konstitusi yang digelar pada 21 Juni 2019, BW terkesan ingin menjatuhkan mental Prof Eddy.
"Ahli kami itu punya 22 buku yang dihasilkan, ratusan jurnal yang dikemukakan. Dan dia ahli untuk finger print dan iris, dipertanyakan keahliannya," kata BW.
Kemudian BW mulai mencecar Prof Eddy.
"Tunjukkan pada kami bahwa anda benar-benar ahli. Bukan ahli pembuktian, tapi khusus pembuktian yang kaitannya dengan Pemilu. Berikan pada kami buku-buku itu mungkin kami bisa belajar. Berikan pada kami jurnal-jurnal internasional yang anda pernah tulis," kata mantan wakil ketua KPK itu menambahkan.
Saksi ahli yang dimaksud BW adalah Jaswar Koto, ahli biometric software development.
Okelah, Jaswar memang ahli finger print dan iris. Dan, tidak perlu mendebat BW soal ini.
Tetapi, pertanyaannya sederhana, sudah berapa banyak judul buku dan jurnal tentang biometric software development terkait pemilu yang sudah dipublikasikan Jaswar?
Koreksi kalau salah, ternyata, belum satu pun buku dan jurnal tentang biometric software development terkait pemilu yang sudah dipublikasikan Jaswar.
Dari situ saja sudah jelas kalau BW tidak menguasai ilmu dasar logika, di mana premis minora dan premis mayora seharusnya berhubungan dengan Optimus Prime.