"Saya tahu Pak Prabowo memiliki lahan yang sangat luas di Kalimantan Timur sebesar 220.000 hektar juga di Aceh Tengah 120.000 hektar," ucap Jokowi saat tampil dalam debat kedua Pilpres 2019 yang dihelat pada 17 Februari 2019 (Sumber: Kompas.com).
Sontak, pernyataan calon presiden nomor urut 01 yang menyinggung ratusan ribu hektar lahan yang dikuasai oleh Prabowo Subianto tersebut menuai polemik. Jokowi yang juga capres petahana ini dituding melancarkan serangan ke ranah pribadi pesainganya.
Seperti dalam artikel "Serang Jokowi dengan 3 Tuduhan Ini, BPN Prabowo Blunder dan Permalukan Capresnya", tuduhan terhadap Jokowi tersebut salah besar. Bahkan dari tiga tudingan yang diarahkan Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga Uno, satu di antaranya justru mempermalukan Prabowo sendiri.
Pernyataan Jokowi tersebut bukan omong kosong apalagi tuduhan ngawur tanpa bukti seperti yang kerak kali dilontarkan oleh pendukung Prabowo. Terbukti, dalam debat kemari Prabowo mengakui bila dirinya memang benar-benar memiliki tanah tersebut dengan status Hak Guna Usaha (HGU).
Tetapi, di luar polemik tentang pernyataan Jokowi tersebut, sebenarnya terdapat satu sisi yang sayang jika dilewatkan begitu saja. Sisi itu adalah keparadoksan Prabowo dalam soal penguasaan lahan.
Saat berpidato dalam kampanye pasangan cagub-cawagub Jawa Barat, Sudrajat-Saikhu di Depok Jawa Barat, pada 1 April 2018, Prabowo sebagai Ketua Umum Partai Gerindra menyatakan adanya kesenjangan ekonomi antara penduduk miskin dan kaya semakin melebar di Indonesia.
Ketika itu Prabowo mengatakan indikator ketimpangan terbaca dalam distribusi penguasaan tanah di Indonesia yang menurutnya belum merata dan hanya dikuasai segelintir elite.
"Segelintir orang menguasai hampir separuh kekayaan kita. Apalagi soal tanah, 1 persen populasi yaitu konglomerat menguasai 80 persen tanah kita," kata Prabowo sebagaimana dikutip oleh CNNIndonesia.com.
Jelas sekali, pernyataan tegas sekaligus keras yang dilontarkan oleh Prabowo ketika itu sangat bertolak belakang dengan penguasaan lahan oleh Prabowo sebagaimana yang diungkap Jokowi saat debat kedua Pilpres 2019 beberapa waktu yang lalu.
Prabowo mengritik soal penguasaan 80 persen lahan oleh 1 persen konglomerat. Padahal, dengan hahan seluas ratusan ribu hektar yang dikuasainya, Prabowo menjadi bagian dari 1 persen konglomerat yang menguasai 80 persen luas lahan. Dengan demikian, sosok Prabowo Subianto adalah sebuah paradoks.
Menariknya, keparadoksan Prabowo bukan hanya dalam soal penguasaan lahan. Jika menelusuri pemberitaan setangah tahun terakhir, sedikitnya ada tiga keparadoksan Prabowo lainnya yang menarik untuk diketahui.