Abu Bakar Baasyir bukan hanya dikenal sebagai godfather bagi kelompok teroris di Indonesia, melainkan juga di Asia Tenggara. Dengan statusnya itu, kematian ABB di dalam tahanan dapat menjadi martir bagi kelompok-kelompok teroris yang saat ini tengah beroperasi di Indonesia.
Dan, tentu saja, kematian ABB di tengah tahun politik jelang Pemilu 2019 ini pastinya dapat membahayakan stabilitas keamanan. Selain itu, diperkirakan akan ada sejumlah pihak yang menunggangi kematian ABB untuk kepentingan kelompoknya.
Jika pilihan Jokowi adalah demi kepentingan stabilitas keamanan, bisa saja Jokowi memutuskan pembebasan tanpa syarat bagi ABB. Tetapi, pembebaskan tanpa syarat yang harus melewati salah satu "pintu" justru memiliki konsekuensi yang sangat berat.
Semisal, memberikan amnesti kepada ABB. Dengan pemberian amnesti, ABB dinyatakan tidak bersalah atas tindakan yang dilakukannya. Akibatnya rasa kemanusiaan dan keadilan akan terusik.
Namun, apapun itu pembebasan tanpa syarat bagi ABB pastinya akan memunculkan stigma bahwa negara takut atau tunduk pada teroris serta ancamannya. Stigma negatif ini pastinya sangat tidak diharapkan oleh negara mana pun.
Dengan demikian, keputusan Jokowi yang pada akhirnya tidak memilih opsi yang ditawarkan Yusril merupakan keputusan bijak, bukan sikap plin-plan seperti yang didengung-dengungkan banyak kalangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H