Mohon tunggu...
Gatot Swandito
Gatot Swandito Mohon Tunggu... Administrasi - Gatot Swandito

Yang kutahu aku tidak tahu apa-apa Email: gatotswandito@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Tanpa Kembang Kantil, Kante Menangi Piala Dunia 2018

16 Juli 2018   00:00 Diperbarui: 30 Mei 2021   11:43 3128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Duel N'Golo Kante Vs Leonel Messi di St. Petersburg Stadium pada 30 Juni 2018 (Sumber: Alamy.com)

"Jacquet himself told me that he thought Thuram was in 'some mystical state'. This was confirmed by Marcel Desailly who, when he went to congratulate Thuram, asked him: 'What is going on? Who are you?' 'I didn't know who I was or where I was,' Thuram says now," tulis John Ashdown yang diunggah The Guardian pada 31 Agustus 2010.

Entah apa maksud Aime Jacquet mengatakan "Thuram was in 'some mystical state'"? Namun manager yang membawa Perancis memenangi gelar juara dunia 1998 itu memang dikenal memercayai mistik.

Konon, sebagaimana gosip yang menyebar lewat media cetak saat itu, Jacquet memerciki sepatu para pemainnya dengan darah kelinci asal Afrika sebelum laga dimulai.

Tetapi, apapun itu, dalam laga perempat final yang mempertemukan tuan rumah Perancis dengan Kroasia itu, Lilian Thuram memang tampil layaknya kesetanan dan membuat Stade de Fance bergemuruh lewat dua gol sensasionalnya.

Thuram mencetak gol pertamanya hanya berselang satu menit setelah gawang Perancis dijebol Davor Suker saat pertandingan babak kedua baru berlangsung satu menit.

Lewat gol pertamanya itu, Thuram bukan hanya menyeimbangkan kedudukan setelah Perancis tertinggal 0-1, tetapi juga melecut semangat tempur skuad Les Tricolore yang sebelumnya sempat rontok untuk beberapa saat.

Sementara gol kedua ke gawang yang dijaga Drazen Ladic ditembakkannya dari luar kotak pinalti pada menit ke 70. Lewat gol keduanya, bek sayap kanan ini membawa Perancis lolos ke babak semi final dengan kemenangan tipis 2-1.


Dan, ternyata, dua gol yang diciptakan Thuram itu menjadi dua-duanya gol yang disumbangkan pemain kelahiran 1 Januari 1972 ini bagi negaranya.

Menariknya, setelah Thuram membukukan gol keduanya 20 tahun silam, baru pada perhelatan Piala Dunia 2018, Tim Ayam Jantan kembali mampu menjebol gawang lawan dari luar kotak pinalti. Lebih menariknya lagi, gol "pemecah telur" itu dilesakkan oleh pemain yang juga menempati posisi bek sayap kanan.

Adalah Benjamin Pavard yang menggetarkan jala gawang Argentina dari luar kotak pinalti pada 30 Juni 2018. Sama seperti gol pertama Thuram, gol Pavard yang dibukukan pada menit ke 57 itu juga merupakan gol balasan setelah Perancis tertinggal 1-2.

Sama seperti gol penyeimbang yang ditorehkan Thuram 20 tahun silam, gol Pavard itu pun sekaligus juga mengembalikan mental tanding rekan-rekannya yang sempat terguncang.

"The coach told me, there is another right back who scored the same goal, Lilian Thuram," ungkap Pavard usai pertandingan  sebagaimana yang dikutip Washingtonpost.com.

Sebagaimana Thuram, Pavard pun bukan saja berhasil membalikkan keadaan, tetapi juga membawa Les Bleus melaju ke babak-babak selanjutnya.

Tetapi, dalam sebuah permainan tim, Pavard bukanlah satu-satunya pemain yang membawa Perancis menuju panggung tertinggi dalam kancah sepak bola dunia. Masih ada sepuluh pemain lainnya yang juga melakoni perannya sesuai dengan yang diinstruksikan pelatih Perancis Didier Deschamps.

Dalam formasi 4-2-3-1 yang diaplikasikan Deschamps, Pavard hanya satu dari empat pemain yang diplot di antara penjaga gawang dan gelandang bertahan. Bersama Pavard, Deschamps menderetkan Raphael Varane, Samuel Umtiti, dan Lucas Hernndez.

Di depan empat pilar pertahanan pilihannya, Deschamps menurunkan N'Golo Kante yang lebih banyak ditugasi menjaga daerah pertahanan dari serbuan lawan. Dalam menjalankan instruksi pelatihnya, Kante mendapat sokongan dari Paul Pogba.  

Sebenarnya, formasi dan juga strategi Deschamps ini mirip dengan strategi yang diterapkan Jaquet 20 tahun silam. Ketika itu Deschamps sebagai gelandang bertahan ditempatkan di pos yang sama Kante.

Hanya saja, karena sejumlah situasi yang terjadi di lapangan, tim besutan Deschamps lebih banyak bermain di daerah pertahannya sendiri ketimbang melancarkan serangan yang membuat gawang lawannya terancam.

Kecenderungan Perancis yang lebih banyak bertahan ini terlihat dari rekaman statistik pertandingan. Sejak Perancis memulai laga perdananya melawan Autralia pada 16 Juni 2018, ball possession Perancis rerata di bawah 50 persen. Menariknya, saat membenamkan Uruguay dengan skor 2-0, pun penguasaan bola Perancis hanya 39 persen.

Dari strategi defensif yang ditunjukkan lewat rekam statistik pertandingan, bisa disimpulkan jika Deschamps lebih menumpukan kekokohan benteng pertahanannya dan mengandalkan serangan balik lewat kecepatan drible amunisi-amunisinya

Sebenarnya, benteng pertahanan Perancis nyaris luluh-lantak  saat menghadapi argesivitas serbuan pemain--pemain Argantina yang dikomandoi Leonel Messi di babak 16 besar.

Dalam pertandingan yang dihelat di St. Petersburg Stadium itu, pertahanan Perancis dicecar 10 tembakan yang 4 di antaranya mengarah langsung ke gawang. Namun, meski diserbu habis-habisan dengan ball possession hanya 40 persen, gawang Perancis hanya kemasukkan 3 gol.

Namun demikian, meski sampai di babak semi final berman di bawah tekanan lawan dan diberondong 57 tembakan dengan 15 di antaranya mengarah tepat ke arah gawang, Perancis hanya kebobolan 4 gol.

Dari rekam catatan statistik di atas, semakin membuktikan jika Perancis benar-benar mengandalkan para pemain belakangnya, termassuk juga gelandang bertahannya.

Bagaikan "Jangan nonton bola tanpa Kacang Garuda" yang pastinya terasa hambar, begitu juga dengan menulis artikel bola tentang lini pertahanan Perancis yang pastinya akan terasa garing jika tanpa mengupas lebih dalam permainan impresif N'Golo Kante.

Pascaduel Perancis Vs Argentina, nama Kante disebut-sebut sebagai pemain kunci bagi kemenangan Perancis. Menurut sejumlah media lolosnya Perancis dari hadangan Argentina berkat kedisiplinan Kante dalam mengawal ketat Leonel Messi.

"Kami tahu kemungkinan ini bakal terjadi. N'Golo Kante sangat ketat menempelnya dan kami punya dua kemungkinan: satu, memastikan dia tidak bisa menerima umpan, dan kedua, memastikan ia selalu diikuti dengan saksama," ungkap Deschamps usai laga Perancis-Argentina sebagaimana yang dikutip oleh KOMPAS.COM.

Dalam pertandingan hidup-mati itu, Kante tidak hanya melakukan takle yang mematikutukan pemain-pemain Argentina, tetapi juga memenangkan 12 dari 13 duel.

Hebatnya lagi, pemain berkepala plontos yang kini bermain untuk FC Chelsea ini pun turut mengkreasikan penyerangan. Hebatnya lagi, ia mencatatkan 96 persen umpan akurat.

"Water covers 71% of the earth's surface...they say N'Golo Kant covers the rest," cuit Football On BT Sport lewat akun Twitter-nya.

Duel N'Golo Kante Vs Leonel Messi di St. Petersburg Stadium pada 30 Juni 2018 (Sumber: Alamy.com)
Duel N'Golo Kante Vs Leonel Messi di St. Petersburg Stadium pada 30 Juni 2018 (Sumber: Alamy.com)
Seperti dalam laga-laga sebelumnya, dalam grand final Piala Dunia 2018 ini yang digelar pada 15 Juli 2018 ini, Si Ayam Jago Biru kembali bermain bertahan dengan skema yang sama: 4-2-3-1. Dan, di partai puncak pagelaran akbar sepak bola sejagad ini, ketangguhan pemain berusia 27 tahun ini kembali teruji.

Bermain di bawah tekanan dengan hanya mencatatkan 34 persen ball possession , punggawa pertahanan Perancis dibuat kewalahan oleh gempuran para pemain Kroasia. Kante, Pavard, Raphael Varane, Samuel Umtiti, Lucas Hernandez, dan juga Paul Pogba berjuang mati-matian menahan serangan Kroasia yang dikomandoi oleh Luca Modric.

Tercatat, sejak pluit kick off dimulai sudah lebih dari 14 upaya tembakan yang dilontarkan para pemain Kroasia. Dari serenteta upaya itu, 4 di antaranya tepat menyasar gawang Lloris.

Selama di atas rumput hijau Luzhniki Stadium, Moskow, Rusia, Kante kembali menyuguhkan penampilan impresifnya. Gelandang bertahan yang disebut seolah memiliki 15 paru-paru ini terus bergentayangan menghantui pergerakan Luca Modric dan kawan-kawan.

N'Golo Kante saat berduel melawan Luca Modric di partai final Piala Dunia 2018 (Sumber: BBC.com)
N'Golo Kante saat berduel melawan Luca Modric di partai final Piala Dunia 2018 (Sumber: BBC.com)
Kante memang hantu bagi para penerobos yang menyatroni daerah yang dijaganya. Seperti yang sebelumnya diungkapkan Eden Hazard lewat Chelsea TV, Kante seolah berada di mana-mana.

"Saya tak perlu berbicara apapun mengenai N'Golo, semua orang tahu mengenai hal itu. Dia berada di mana-mana. Terkadang saat berada di lapangan, saya seperti melihat dia dua kali. Satu di kiri, satu di kanan, "kisah Hazard tentang Kante sebagaimana yang dipublikasikan Detik.com.

"Saya berpikir saya bermain sepakbola dengan pemain kembar," tambah rekan Kante di klub Chelsea ini.

Pengakuan Hazard ini diangguki oleh Paul Pogba, rekan Kante di timnas Perancis sekaligus seteru Kante di English Premier League.

"Kante ada di mana-mana. Dia menciptakan perbedaan," ujar Pogba sebagaimana yang dikutip oleh KOMPAS.COM.

Dalam grand final Piala Dunia 2018 ini, Kante diganjar kartu kuning pada menit ke 27. Dan, memasuki babak kedua, pemain bernomor punggung 13 ini ditarik keluar dan digantikan oleh Steven Nzonzi. Dikeluarkannya Kante ternyata membuat Perancis tampil lebih menyerang. Dan, secara beruntun 2 kali mengoyak jala Kroasia. Dengan skor akhir 4-2, Perancis akhirnya memenangi Piala Dunia 2018.

Dan, sekalipun ditarik keluar, Kante bukan saja bagian dari tim Perancis yang memenangi gelar juara kedua bagi Perancis, tetapi juga telah membawa dirinya sendiri ke gugusan bintang-bintang sepak bola dunia.

Sama seperti Thuram yang berkat skill impresifnya di Piala Dunia 1998 yang menjadikannya incaran klub-kllub super kaya Eropa, begitu juga dengan Kante di Piala Dunia 2018 ini.

Kante yang kini dibandrol 60 juta ini menjadi buruan sejumlah klub raksasa benua biru. Real Madrid dan seterunya, Barcelona, sudah mengutarakan minatnya untuk secepat mungkin diservis oleh gelandang bertinggi badan 168 cm ini. Demikian juga dengan Paris Saint-Germany.

Tetapi, Kante bukanlah Thuram yang 20 tahun silam mengukir sejarah lewat dua gol sensasionalnya. Kante juga bukan Thuram yang menurut Jacquet dinaungi 'some mystical state'. 

Di Piala Dunia 2018 ini Kante tetaplah Kante yang terus menampilkan ketrengginasannya sekalipun tanpa naungan mistis, apalagi sesajen kembang kantil.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun