Padahal, jelas-jelas, Prabowo belum dideklarasikan. Yang terjadi sebenarnya adalah serah terima mandat dari Gerindra kepada Prabowo. Dan, hal itu masih sesuai rencana seperti yang disampaikan Prabowo saat Gerindra melangsungkan rakernas pada 5 April 2018.
Menariknya, setelah serah terima mandat tersebut, sosok Prabowo justru nyaris lenyap dari pemberitaan media.
Sampai 2 minggu setelah Rakornas Gerindra, tercatat hanya dua kali Prabowo diberitakan. Pertama saat menghadiri HUT ke- 66 Kopassus pada 16 April 2018. Kedua, ketika sepeda-sepedaan bersama Presiden PKS Sohibul Imam pada 21 April 2019.
Menariknya lagi, Prabowo belum juga menghelat safari politiknya. Tidak ada tokoh-tokoh masyarakat yang disowaninya.
Di tengah sikap Prabowo yang memunculkan tanda tanya, lewat Asia Times terbitan 15 April 2018 John McBeth, wartawan Selandia Baru yang pernah bertugas di Indonesia, mengungkapkan perihal materi pertemuan empat mata antara Luhut-Prabowo.
McBeth menulis, dalam pertemuan itu, Prabowo diberitakan mempertimbangkan untuk menjadi cawapres jika pihak Jokowi memenuhi permintaannya.
Prabowo, menurut laporan McBeth, meyetujuinya jika diberi peran untuk mengendalikan militer dan tujuh kursi di kabinet Jokowi. Atas permintaan Prabowo tersebut, Luhut menyatakan keberatannya.
McBeth tidak mungkin asal menuliskan laporannya. Pastinya ia telah mendapatkan informasi dari narasumber yang kredibel. Namun demikian, informasi yang diperoleh McBeth belum tentu benar.
Artinya, ada kemungkinan jika si narasumber memberikan informasi sesat.
Siapa pemasok informasi kepada McBeth sendiri tidak jelas, bisa si A, si B, dan si C, atau lainnya yang diketahui memiliki akses ke ring 1 Istana.
Dan, menariknya, Luhut yang menjadi lawan bicara empat mata Prabowo tidak membenarkan tetapi juga tidak membantahnya.