Intimidasi terhadap ulama ini mulai terasa saat terjadinya aksi pembubaran ceramah Felix Siaw di Masjid Manarul Islam, Bangil, Pasuruan pada awal November 2017. Situasi yang dirasakan oleh sebagian ulama ini terus memuncak dengan ditolaknya ceramah Ustad Abdul Somad di Bali pada Desember 2017.
Situasi yang dirasakan oleh sebagian ulama jauh lebih buruk lagi jika mengikuti ujaran-ujaran penuh kebencian terhadap ulama yang diposisikan berlawanan dengan pemerintah Jokowi. Hampr setiap waktu media sosial dipenuhi hujatan-hujatan terhadap ulama dan agama yang dianutnya.
Sangat tidak masuk akal jika Jokowi dan lingkaran-lingkarannya tidak mengetahui gencarnya ujaran kebencian terhadap ulama dan agama yang diimaninya, mengingat para pelontar kebencian itu diketahui memiliki hubungan dengan Istana.
Pertanyaannya, apakah Jokowi tidak sanggup mengelola pendukungnya ataukah sengaja dibiarkan atau bahkan sengaja diarahkan?
Pertanyaan di atas tercetus kerena Jokowi sudah beberapa kali bertemu dengan para pendukungnya. Toh, perilaku para pendukungnya terhadap para ulama tidak mengalami perubahan.
Semoga situasi ini terjadi kerena ketidakcerdasan para pendukung Jokowi semata sebagaimana yang dikicaukan Rocky Gerung lewat akun Twitter-nya.
Dulu,
Mereka cukup berakal. Bacaannya mutakhir.
Lalu,
Politik menyulap mereka jadi fanatik.
Demi lauk pauk, mereka jadi buas.
Kini,
Mereka siapkan senjata baru:
Keroyok, nistakan dengan dusta!
Kasihan..— Rocky Gerung (@rockygerung) January 7, 2018
Tetapi pertanyaannya kembali lagi, ada atau tidakkah kriminalisasi ulama sebagaimana yang dituduhkan oleh SBY? Kalau benar bagaimana. Kalau salah bagaimana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H