Mohon tunggu...
Gatot Swandito
Gatot Swandito Mohon Tunggu... Administrasi - Gatot Swandito

Yang kutahu aku tidak tahu apa-apa Email: gatotswandito@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Akankah Moeldoko Dicawapreskan untuk Dampingi Jokowi?

12 Januari 2018   14:12 Diperbarui: 13 Januari 2018   20:11 7127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber juara.bolasport.com

Tingkat popularitas pastinya berkaitan dengan tingkat elektabilitas. Namun demikian, tingginya tingkat popularitas belum tentu sejalan dengan tingginya tingkat elektabilitas.

Rhoma Irama, misalnya, disebut-sebut memiliki tingkat popularitas di atas 95 % yang bisa dibilang nyaris sempurna. Tetapi, tingkat elektabilitas Raja Dangdut ini pun paling tinggi hanya 5 %.

Tingat elektabilitas akan sejalan dengan tingkat popularitas jika sentimen positif lebih tinggi dari sentimen negatif. Dan, karena sepanjang karir kemiliterannya Moledoko nyaris tidak memiliki noda, maka sentimen negatif pun relatif kecil.

Dengan sentimen negatifnya yang nyaris tidak ada itu, secara teori, Moedoko tinggal mendongkrak popularitasnya saja. Dan, selanjutnya tingkat keterpilihan pun akan menyusul meningkat.

Karenanya tidak ada yang salah dengan kemunculan Moeldoko lewat sejumlah iklan HKTI yang menyelip di antara jeda acara.

Lagi pula, sebagai calon wakil, Mantan KSAD tersebut tidak terlalu membutuhkan tingkat elektabilitas yang tinggi, Sebab berdasarkan pengalaman sebelumnya, pemilih lebih cenderung melihat pada calon presiden ketimbang calon wakil presiden. Contohnya, Boediono yang digaet SBY saat Pilpres 2009.

Jadi, soal survei, Moeldoko boleh tutup mata. Dan Jokowi tidak perlu mempertimbangkan tingkat elektabilitas lelaki kelahiran Kediri, Jawa Timur, 60 tahun yang lalu ini. Bukankah kalau melihat tingkat elektabilitas, posisi Aburizal Bakrie lebih tinggi ketimbang Jusuf Kalla.

Sebenarnya, Moeldoko sudah kembali masuk ke blantika pemberitaan media tanah air semenjak ia mengeluarkan pernyataan terkait polemik "5.000 pucuk senjata" yang ditimbulkan oleh Panglima TNI penggantinya, Gatot Nurmantyo.

"Dengan kondisi negara yang seperti ini, stabilitas hangat, saya pikir memunculkan persoalan-persoalan baru itu tidak wise, tidak bijak. Semuanya harus pada kondisi saling menjaga dengan sungguh-sungguh. Untuk itu semua statement dari siapa pun harus bisa menjawab dan menjaga kondisi negara ini dengan baik, kalau tidak, kita hanya ribut dengan kondisi di dalam negeri," katanya di Jember, Rabu sore, 27 September 2017 (Sumber: Tempo.co).

Saat ini Jokowi tengah menggodog rencana perombakan kabinetnya menyusul majunya Menteri Sosial Khofifah Indar Parawangsa dalam Pilgub Jatim 2018 dan terpilihnya Menteri Perindustrian Erlangga Hartarto sebagai Ketua Umum Golkar.

Adanya rencana reshuffle kabinet saat parpol-parpol mulai semakin memanaskan mesin politinya ini pastinya akan membuat Jokowi harus benar-benar ekstra hati-hati. Apalagi, paada 7 Januari 2018 lalu, Megawati Soekarnoputri kembali menegaskan Jokowi sebagai petugas partai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun