Mohon tunggu...
Gatot Swandito
Gatot Swandito Mohon Tunggu... Administrasi - Gatot Swandito

Yang kutahu aku tidak tahu apa-apa Email: gatotswandito@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Bahkan, Sambil Duduk Leyeh-leyeh Saja, Bangsa Indonesia Sudah Bisa Memanen Minyak

4 Oktober 2017   10:11 Diperbarui: 7 Oktober 2017   09:06 1343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk menghasilkan BBN, Program DME membutuhkan lahan khusus yang luasnya tidak kecil. Sebagai akibatnya, tidak sedikit lahan pangan yang beralih fungsi menjadi lahan "energi".

Selain persoalan lahan, keberhasilan DME pun sangat tergantung pada banyak faktor. Di antaranya, stabilitas harga panen, harga tanah, dan kebijakan politik lokal.

Karenanya tidak mengherankan jika pada 29 November 2015 lalu, salah seorang anggota Dewan Energi Nasioa, Rinaldi Dalimi menyebut Program DME 95%-nya telah gagal.  Sayangnya, program ciamik ini kemudian dinilai gagal (KOMPAS.COM).

Sebagaimana yang diketahui, tanaman penghasil BBN bisa ditanami di mana saja. Karenanya, budidaya tanaman penghasil BBN pun bisa dilakukan di setiap titik kosong yang ada pada pinggiran selokan, kali, jalan, gang, rel kereta, bahkan di antara makam yang bederet berjajar di area pemakaman.

Selain itu, budidaya tanaman penghasil BBN tidak membutuhkan perawatan yang menyita banyak waktu dan dana. Perawatannya pun sangat mudah sehingga tidak membutuhkan keahlian khusus. Sederhananya, setiap orang bisa membudidayakannya.

Dengan demikian, jika titik-titik pada lahan tersebut dimanfaatkan, maka konflik lahan sebagai akibat dari pengembangan BBN pun dapat ditekan.  

Mengingat jumlah titik pada lahan itu tidak terbatas dan tersebar dari ujung Sabang sampai Merauke, maka upaya tersebut tidak mungkin dilakukan hanya oleh satu pihak.

Untuk itu, masyarakat yang tinggal di dekat titik-titik pada lahan itulah yang harus bisa digerakkan. Dan, PT Pertamina memosisikan dirinya sebagai motor penggeraknya.

Misalnya, kepada masyarakat yang tinggal di dekat sungai, PT Pertamina bisa mengajaknya untuk menanami bantaran sungai dengan tanaman jarak pagar. Demikian juga kepada masyarakat yang tinggal di dekat area pemakaman.

Ajakan kepada masyarakat atau kelompok masyarakat tersebut tidak perlu "dibawa serius". Dengan demikian, masyarakat pun tidak merasa terbebani dengan "pekerjaan" barunya.

Toh, menanami celah-celah lahan bisa dilakukan di hari libur atau bagi kelompok masyarakat bisa dilaksanakan lewat acara kerja bakti bulanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun