Mohon tunggu...
Gatot Swandito
Gatot Swandito Mohon Tunggu... Administrasi - Gatot Swandito

Yang kutahu aku tidak tahu apa-apa Email: gatotswandito@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Bahkan, Sambil Duduk Leyeh-leyeh Saja, Bangsa Indonesia Sudah Bisa Memanen Minyak

4 Oktober 2017   10:11 Diperbarui: 7 Oktober 2017   09:06 1343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: print.kompas.com

Lihatlah panjang sungai Mahakam yang mengulari Pulau Kalimantan. Hitunglah, jika 25% dari panjangnya dimanfaatkan untuk budi daya tanaman penghasil bahan bakar minyak nabati (BBN), berapa jumlah tanaman yang bisa ditanami di sungai terpanjang di Indonesia tersebut?

Sebagaimana yang terdata, panjang Sungai Mahakam 1.143 ribu meter Kalau 10 % dari panjang bantaran Mahakam dimanfaatkan untuk budi daya tanaman BBN. Artinya ada 228.600 M (2 sisi sungai) dari panjang Mahakam yang bisa ditanami. Kalau, rentang atau jarak tanaman adalah 2 M, maka ada 114.300 titik yang bisa ditanami. 

Dan, ini baru di Mahakam saja.

Padahal, Indonesia memiliki ribuan sungai 17 ribuan pulau besar dan kecilnya. Pikirkan, kalau 20% dari panjang bantaran sungai di Indonesia ditanami tanaman penghasil BBN. Berapa kilo liter BBN yang bisa dihasilkannya?

Dan, ini baru di bantaran sungai saja.

Sementara, tanaman penghasil BBN bisa ditanami di mana saja, di tepian jurang, di pinggiran kanan-kiri jalan, gang, selokan, rel kereta, celah-selah area pemakaman, celah-celah tanah yang ada di halaman, kebun, dan masih banyak lagi yang lainnya. Bayangkan, dengan hanya memanfaatkan celah-celah tanah saja, berapa jumlah pohon penghasil BBN yang bisa ditanami?

Dan, ini adalah gambaran nyata jika di atas bumi ini ada banyak titik pada lahan yang bisa dimanfaatkan untuk budidaya tanaman penghasil BBN tanpa mengubah, bahkan mengurangi, fungsi lahan itu sendiri.

Soal Pengadaan Lahan Bagi BBN, Seharusnya Indonesia Tidak Perlu Pusing.

Permintaan akan biofuel dunia diperkirakan akan melonjak tajam dalam 5 tahun ke depan. Sayangnya, pengembangan biofuel berpotensi melahirkan berbagai masalah baru. Salah satunya pengambilalihan fungsi lahan pangan.

Adanya konflik lahan inilah yang pada waktu lalu mendesak Uni Eropa mengundurkan rencana penggunaan 7 persen biofuel bagi sektor transportasinya, dari 2010 digeser menjadi 2020.

Ketersediaan energi nabati atau bahan bakar nabati (BBN) memang membutuhkan lahan yang terbilang luas. Hal ini disebabkan (masih) rendahnya produktifitas jenis tanaman penghasilnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun