Dan, jika mengamati sejumlah pemberitaan, saat ini perang di "dunia lain" tengah memanas. Penangkapan, pengusiran, bahkan pembunuhan atas mata-mata asing terjadi di sejumlah negara.
Agustus 2017 lalu, media memberitakan tentang sejumlah dokumen rahasia milik pemerintah Australia yang ditemukan oleh ASIO (Dinas Intelijen Australia) dari sebuah rumah di Canberra, Auatralia pada Oktober 2015.
Rumah tempat ditemukannya dokumen rahasia itu sosialita Australia-China, Sheri Yan, dan suaminya, Roger Uren, mantan pejabat tinggi dan diplomat Australia. Yan yang dicurigai sebagai mata-mata China itu ditangkap oleh FBI di New York beberapa waktu sebelumnya.
Sebaliknya, dalam kurun waktu 2010-2012, sedikitnya 20 informan CIA dihabisi di China. Salah seoarang di antaranya dibunuh di lapangan sebagai peringatan kepada informan lainnya.
Di tengah situasi Laut Tiongkok Selatan yang semakin memanas menyusul sederetan tindakan provokatif dari China maupun dari Amerika Serikat, Singapura telah mengizinkan pesawat mata-mata Amerika untuk beroperasi di angkasanya sejak akhir 2015 lalu.
Sementara, sejak beberapa tahun terakhir Indonesia banyak didatangi oleh Tenaga Kerja Asing (TKA) ilagal asal China. Karena ilegal, maka pemerintah tidak memiliki data tentang TKA tersebut. Berapa jumlahnya, di mana mereka bekerja, di mana mereka tinggal, bahkan identitas TKA ilegal asal China pun tidak diketahui.
Ironisnya, di tengah maraknya pemberitan tentang penangkapan TKA ilegal sal China, lima pekerja asal Cina ditangkap otoritas Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma. Kelima TKA asing yang menyaru dengan berpakaian militer itu ditangkap saat tengah ngebor di salah satu tempat di pangkalan udara yang merupakan kawasan strategis.
Berdasarkan hasil pemeriksaan, diketahui salah satu dari TKA asal China itu berstatus ilegal. Sementara, empat pekerja lainnya mengantongi izin kerja dengan jangka pendek, yaitu enam bulan. Namun demikian, keempatnya tidak menjalankan aktivitas pekerjaan yang sesuai dengan izin yang terdaftar.
Jadi, meskipun TKA asal China tersebut berstatus legal, namun pada kenyataannya ada sebagian yang bekerja tidak sesuai dengan keterangan yang diberikannya kepada pemerintah.
Karenanya, isu yang sebenarnya harus diangkat adalah agresivitas China, bukan kebangkitan komunisme. Karena agresivitas China ini sudah menjadi sorotan di berbagai belahan dunia. Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Amerika, dan sejumlah negara lainnya menoroti persoalan ini. Sayangnya, mengangkat isu agresivitas China pastilah berdampak negatf pada etnis Tiong Hoa di Indonesia.
Jadi, jika mengacu pada kewaspadaan nasional, maka tidak ada yang salah pidato yang disampaikan Gatotkepada sejumlah purnawirawan TNI. Apalagi informasi itu disampaikan  dalam sebuah forum tertutup.