Posisi Gatot lebih menderita lagi sebab ia tidak mungkin mengungkapkan informasi yang dipasok kepadanya. Sebab, selain informasi tersebut bukan konsumsi publik, pembelian 5.000 pucuk senjata itu pun masih berupa rencana.
Sementara, Wiranto dapat dengan mudah menunjukkan bukti-bukti yang menguatkan penjelasannya. Bahkan, demi lebih memperkokoh buktinya, Wiranto dapat mengajak media dan netizen ke PT Pindad untuk membuktikan 500 pucuk senjata yang dipesan oleh BIN.
Pertanyaannya pentingnya, kerena tidak dapat membuktikan ucapannya, apakah Gatot bisa divonis telah melakukan kebohongan?
Pertama, Gatot menyampaikan informasi yang dikatakannya A1 itu dihadapan sejumlah purnawirawan perwira tinggi TNI. Gatot pastinya menyadari, jika para purnawirawan yang hadir tidak berada di satu "kotak" politik yang sama.
Selain itu, pasca-kontroversi nobar film G30S/PKI dan sejumlah sikap yang diambilnya dalam beberapa waktu sebelumnya, Gatot pun pastinya menyadari benar jika tidak semua hadirin berada di pihaknya. Bahkan, mungkin ada sejumlah hadirin dalam pertemuan itu yang tidak menyukainya.
Karenanya, dengan situasi yang disadarinya tersebut, kecil kemungkinan bagi Gatot untuk berbohong. Berbohong dalam situasi di mana Gatot tengah manjadi sorotan bahkan incaran merupakan sebuah blunder fatal.
Lagipula, intelijen belum tentu valid. Bahkan, sekalipun informasi tersebut dilabeli "A1".
Misalnya, informasi CIA tentang adanya instalasi nuklir yang dimiliki oleh Irak. Informasi ini disebut-sebut sebagai "A1". Tapi, sampai sekarang, keberadaan instalasi nuklir yang digembar-gemborkan oleh CIA dan Gedung Putuh tersebut tidak ditemukan.
Informasi A1 pastinya bukanlah rumor "warung kopi" sekelas unconfirmed rumour yang biasa dirilis oleh WikiLeaks. Untuk mendapat lebel A1, sebuah informasi pastinya telah melewati sejumjah tahapan dengan SOP yang sangat ketat.
Selain itu, tidak menutup kemungkinan bagi seorang Panglima TNI untuk memiliki jejaring intelijennya sendiri. Dari jejaring intelijen pribadinya itulah, Panglima TNI mendapat pasokan informasi atau mengonfirmasi sebuah informasi yang didapatnya.
Lagipula, terlepas dari benar atau tidaknya informasi yang disampaikan oleh Gatot, bangsa Indonesia memang harus meningkatkan kewaspadaannya. Sebab, Indonesia dengan posisi geografis, sumber daya alam, luas wilayah, populasi, dan lainnya tidak mungkin bisa menghindar dari pusaran konflik internasional.