"Pilgub Jabar 2018 Lain Yance Lain Pula Dedi Mulyadi". Begitu judul artikel yang ditayangkan oleh akun Ajeng Putrie.
Kalau dibaca, artikel itu nyenggol-nyenggol artikel Pilgub Jabar 2018: Seperti Yance, Dedi Mulyadi Bakal Kalah yang saya posting sehari sebelumnya.
Bagus juga. Di Kompasiana ini sudah lama tidak terjadi baku tulis. Artikel dibalas artikel. Opini dibalas opini. Semoga kerinduan Susi Heryawan terobati. Tapi, kalau nanti ngarespon tulisan, klik saja fitur respon atau kasih link-nya di kolom komentar pada artikel yang direspon atau bisa juga disenggol lewat fitur obrolan.  Atau bisa juga kasih "Gatot Swandito" pada judulnya
Sebelumnya, karena Ajeng memanggil saya dengan "Akang", maka supaya terkesan lebih akrab, akang memanggil Ajeng dengan "Nyai".
Nyai benar. Akang tersesat. Itu benar-benar akang akui dengan sejujurnya. Karena ketersesatan itu, akang ke sana ke mari lebih dulu. Dari satu hati ke hati lainnya. Sampai kemudian, tepat Senin yang lalu, akang menemukan Nyai. Semoga Nyai berkenan menjadi pelabuhan terakhirku.
Benar kata orang tua, jodoh pasti datang dengan sendirinya.
Nyai bilang kalau akang asal tulis tentang akun-akun pendukung Dedi Mulyadi (Demul) yang melakukan serangan ke pesaingnya. Nyai bilang akang tidak punya bukti soal itu. Mungkin Nyai tidak tega buat bilang akang nga-hoax.
Masa sih akang nga-hoax ka Nyai. Coba, Nyai baca lagi tulisan Nyai sendiri.
"Namun track record Deddy Mizwar selama 5 tahun mendampingi Ahmad Heryawan dinilai masih lemah jika dilihat dari hasil survei. Survei dari lembaga Poltracking Indonesia pada medio 18-24 mei 2017 lalu menyatakan tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Deddy Mizwar sangat rendah dan jauh dibawah Ahmad Heryawan."
Tah, eta naon.
Bukankah akun-akun yang diduga sebagai pendukung Demul juga cuap-cuap dengan materi yang sama seperti yang ditulis Nyai. Waktunya juga hampir bebarengan. Di Kompasiana juga begitu.
Nyai, Demul memang sama dengan Yance. Keduanya sudah mulai mempromosikan dirinya jauh hari sebelum masa kampanye di mulai. Meski begitu, popularitas keduanya tetap saja segitu-segitunya. Apalagi dengan elektabilitasnya yang nyaris jalan di tempat. Sementara popularitas dan elektabilitas para pesaing nangkring di atas keduanya. Itu persamaan Demul dan Yance yang tidak memungkinkan keduanya bisa memenangi Pilgub Jabar.
Nyai bilang, tulisan akang itu mendahului Allah SWT.Â
Masalahnya, setiap akang nulis berdasarkan survei, nanti benar-benar terjadi.
Sewaktu banyak pengamat politik, akademisi, media, dll yang bilang Ahok akan menang mudah. Akang bilang sebaliknya. Berdasarkan hasil survei yang sama, akang bilang Ahok tidak akan menang mudah. Siapa yang kemudian terbukti benar, akang atau mereka?
Waktu AHY dipilih Abah SBY jadi Cagub, banyak yang bilang AHY bakal jadi kuda hitam. Lha, akang bilang kuda hitam dari mana, kan  namanya saja belum pernah nongol di rilis-rilis survei. Eh, kejadian AHY jadi juru kunci di Pilgub DKI 2017.
Akang bilang juga kalau lihat survei Sandi tidak bakal menang. Bagaimana mau menang, dari tahun 2012 sampai 2016 elaktabilitas Sandi cuma naik secuil. Padahal popularitasnya meroket . Kalau Sandi dipaksakan maju sebagai cagub pasti kalah oleh Ahok.
Akang juga bilang kalau Yusril tidak akan dicalonkan sebagai Cagub DKI. Bagaimana mau dicalonkan, elektabilitas Yusril kalah jauh dari Ahok. Sudah begitu, pas Pemilu 2014, sentimen buat Yusril juga negatif. Berat kalau mau menangkan Yusril.
Pas nama Anies Baswedan muncul pertama kali dalam rilis survei, akang langsung tahu kalu Ahok tidak akan menang lawan Anies. Dengan kata lain, Anieslah pemenang Pilgub DKI 2017.
Malah sebelum ada survei yang menyebut nama Jokowi, akang sudah tahu kalau Jokowi pasti menang kalau maju Pilpres 2014.
Gampang saja, sejak masa kampanye Pilgub DKI 2012, sorot media mengarah ke Jokowi. Otomatis popularitas Jokowi meningkat.
Pemberitaan media tentang Jokowi, bisa dibilang, 98% positif. Maka sentimen buat Jokowi pun positif. Sentimen postif inilah yang kemudian dikonversikan menjadi elektabilitas.
Akang memang bukan Kresna yang bisa tahu masa depan setelah mencuri lihat Kitab Jitabsara yang disimpan di perpustakaan para Dewa di Khayangan.
Akang cuma bisa menulis tentang masa depan dari rilis-rilis survei yang diberitakan media.
Dan, tidak ada yang aneh kalo masa depan sesuai dengan tulisan Akang. Sebab, Kitab Jitabsara dicopas dari tulisan akang yang diposting di Kompasiana.
Jadi, sudah tahukan siapa yang lebih sakti, Kresna atau Akang?
 Hasil Survei Tim Survei PPS UIN SGD yang Ngaco
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H