Nyai, Demul memang sama dengan Yance. Keduanya sudah mulai mempromosikan dirinya jauh hari sebelum masa kampanye di mulai. Meski begitu, popularitas keduanya tetap saja segitu-segitunya. Apalagi dengan elektabilitasnya yang nyaris jalan di tempat. Sementara popularitas dan elektabilitas para pesaing nangkring di atas keduanya. Itu persamaan Demul dan Yance yang tidak memungkinkan keduanya bisa memenangi Pilgub Jabar.
Nyai bilang, tulisan akang itu mendahului Allah SWT.Â
Masalahnya, setiap akang nulis berdasarkan survei, nanti benar-benar terjadi.
Sewaktu banyak pengamat politik, akademisi, media, dll yang bilang Ahok akan menang mudah. Akang bilang sebaliknya. Berdasarkan hasil survei yang sama, akang bilang Ahok tidak akan menang mudah. Siapa yang kemudian terbukti benar, akang atau mereka?
Waktu AHY dipilih Abah SBY jadi Cagub, banyak yang bilang AHY bakal jadi kuda hitam. Lha, akang bilang kuda hitam dari mana, kan  namanya saja belum pernah nongol di rilis-rilis survei. Eh, kejadian AHY jadi juru kunci di Pilgub DKI 2017.
Akang bilang juga kalau lihat survei Sandi tidak bakal menang. Bagaimana mau menang, dari tahun 2012 sampai 2016 elaktabilitas Sandi cuma naik secuil. Padahal popularitasnya meroket . Kalau Sandi dipaksakan maju sebagai cagub pasti kalah oleh Ahok.
Akang juga bilang kalau Yusril tidak akan dicalonkan sebagai Cagub DKI. Bagaimana mau dicalonkan, elektabilitas Yusril kalah jauh dari Ahok. Sudah begitu, pas Pemilu 2014, sentimen buat Yusril juga negatif. Berat kalau mau menangkan Yusril.
Pas nama Anies Baswedan muncul pertama kali dalam rilis survei, akang langsung tahu kalu Ahok tidak akan menang lawan Anies. Dengan kata lain, Anieslah pemenang Pilgub DKI 2017.
Malah sebelum ada survei yang menyebut nama Jokowi, akang sudah tahu kalau Jokowi pasti menang kalau maju Pilpres 2014.
Gampang saja, sejak masa kampanye Pilgub DKI 2012, sorot media mengarah ke Jokowi. Otomatis popularitas Jokowi meningkat.
Pemberitaan media tentang Jokowi, bisa dibilang, 98% positif. Maka sentimen buat Jokowi pun positif. Sentimen postif inilah yang kemudian dikonversikan menjadi elektabilitas.