"Saya sampaikan tangkap-tangkapin saja. Yang mesan, tengkapin. Yang danain, tangkapin. Ada lagi sejenis dengan itu, tangkapin," tegas Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian seperti dikutip KOMPAS.COM.
Tito pun mengatakan jika Saracen yang diketahui sebagai komplotan penyebar konten hoax dan ujaran kebencian dan berbau SARA sudah eksis saat Pilpres 2014 dan juga aktif dalam momentum pilkada. Salah satunya Pilkada Serentak 2017.
"Pilkada Gubernur kemarin juga grup ini ada yang aktif juga," kata Tito.
Melihat pernyataan Kapolri, sepertinya kasus Saracen bakal tambah seru. Dan, pastinya semakin mengerucut ke arah Prabowo Subianto.
Ketua Saracen, Jasriadi, memang mengaku sebagai pendukung Prabowo saat Pilpres 2014. Dan, masih menurut pengakuan Jasriadi, awal perkenalan para anggota Saracen adalah saat Pilpres 2014.
Selain itu, Jasriadi mengaku pernah bertemu dengan Rizal Kobar, salah seorang relawan Prabowo yang tergabung dalam Solidaritas Menangkan Prabowo (SMP) pada 2016 atau jelang Pilkada Serentak 2017. Pertemuan ini diakui juga oleh Rizal. Tetapi, Jasriadi mengaku pertemuan tersebut tidak ada sangkut pautnya dengan Saracen. Sementara, Rizal mengaku tidak mengenal Saracen.
Kemudian, muncul nama Muhammad Abdullah Harsono yang diberitakan sebagai penggagas Saracen dikenal tetangganya sebagai kader PKS. Dan, PKS merupakan parpol pendukung Prabowo dan berkoalisi dengan Gerindra saat Pilgub DKI 2017.
Tetapi, Benarkah Prabowo Terkait Saracen? Dari artikel tersebut jelas Prabowo jauh dari titik bidik kasus Saracen. Walaupun demikian, Fadli Zon tidak bisa menganggap kasus ini sebagai dagelan semata.
Ada banyak opini yang mengatakan kasus Saracen telah melemahkan kekuatan Prabowo yang dipastikan akan maju sebagai capres pada Pilpres 2019. Katanya, Prabowo pasti kalah. Dan, Jokowi akan kembali memenangi suara rakyat.
Sayangnya, opini-opini itu salah besar. Isu Saracen justru melimbungkan Jokowi sekaligus melambungkan Prabowo dan calon lawan Jokowi lainnya.
Kuncinya sederhana, kasus ini mengakibatkan semakin menguatnya polarisasi antara pendukung dan penentang Jokowi. Dan, dilalahnya, populasi pendukung Jokowi lebih kecil ketimbang penentangnya.