Seperti PKI, Ahoker pun Memandang TNI sebagai Ancaman
Jelang September 1965 muncul isu Dewan Jenderal. Menurut isu yang beredar ini, ada sejumlah perwira tinggi Angkatan Darat yang tidak puas terhadap kebijakan Presiden Soekarno dan berencana untuk menggulingkannya.
Isu Dewan Jenderal ini mirip sebelas-dua belas dengan isu adanya rencana makar terhadap Jokowi.sebagaimana artikel yang dipublikasikan Allan Nairn. Para pendukung Ahok menjadikan artikel Nairn sebagai pembenar adanya rumor main mata antara perwira TNI dengan kelompok perencana makar. Waktu kemunculan kedua isu itu pun sama: di saat situasi nasional tengah memanas.
Mirip dengan PKI yang memandang Angkatan Darat sebagai ancaman terhadap Soekarno,Ahoker pun mencurigaisejumlah perwira TNI terlibat dalam upaya kudeta terhadap Jokowi. Kampanye negatif dan hitam terhadap TNI kembali berlanjut. Belakangan, pascarencana pembubarkan HTI, TNI kembali diserang fitnah. TNI disebut sebagai pendukung HTI.
Tidak perlu dituliskan lagi bagaimana serangan keji Ahoker kepada Letjen Purn. Prabowo Subianto dan Jenderal Purn. Susilo Bambang Yudhoyono. TNI atau segala sesuatu yang lekat dengan institusi pertahanan ini selalu mendapat stempel buruk dari para Ahoker.
Kecurigaan para Ahoker kepada TNI ini sudah mencapai tingkat kronis. Sampai-sampai, hanya karena warna peci yang dipakainya sama dengan warna peci yang dipakai peserta Aksi 212, Panglima TNI dicurigai sebagai pendukung aksi. Dalam, artian, Panglima TNI diposisikan sebagai penentang Jokowi dan pendukung makar.
Selain pola-pola yang disebutkan di atas, masih ada beberapa pola PKI lainnya yang dicopas oleh Ahoker, misalnya, menginternasionalisasikan masalah dalam negeri sehingga menjadi konsumsi internasional.
“Software” PKI yang di-install-kan ke dalam kelompok Ahoker ini, bukan saja telah menguatkan polarisasi antara dua kelompok di Indoenesia, tetapi juga telah membawa kembali Indonesia ke dalam situasi terburuknya.
Ikon Software PKI itu Bernama Ahok
Sebelum Ahok dijadikan pintu masuk untuk memecah belah anak bangsa, sebenarnya Syiah yang lebih dulu disasar. Pada awal Desember 2015, pemerintah mengungkapkan adanya rencana serangan fisik terhadap kelompok Syiah di Indonesia.
Jika ditelesuri, pada 2015 upaya adu domba antara Sunni dengan Syiah telah terjadi berulang kali. Misalnya, beredarnya rumor tentang penculikan yang dilakukan oleh penganut Syiah terhadap ulama Sunni. Hanya saja, kelompok Syiah tidak bersikap reaktif. Jika mendapat serangan, Syiah hanya merespon ala kadarnya.