Pertanyaannya, siapa yang akan menjadi arang dan siapa yang bakal menjadi abu?Â
Dalam situasi tegang seperti ini, masing-masing kelompok sudah mendata identitas lawan-lawannya.
Kalau pergantian kekuasaan berjalan secara normal. Hukuman hanya akan dijatuhkan kepada pentolannya saja. Tetapi, kalau pergantian kekuasaan itu terjadi setelah terjadinya guncangan besar, maka hukuman bukan hanya dijatuhkan kepada lokomotif penggeraknya saja, tetapi juga dengan gerbong-gerbong yang berada di belakangnya.
Hukuman bagi lokomotif beserta gerbong-gerbongnya itu sangat wajar dan terjadi di mana pun dan kapan pun.Hukuman ini dijatuhkan demi menjaga stabilitas negara.Â
Sebab tanpa menjatuhkan hukuman, stablitas negara akan sulit dicapai. Inilah yang terjadi di Indonesia pasca G30S.Â
Demikian juga dengan di Jerman, di mana pemerintah Jerman menjatuhkan hukuman terhadap warganya yang terkait dengan Nazi.
Situasi yang berjalan ke arah konflik horisontal inilah yang berkali-kali berupaya diredam oleh Gatot. Demikian juga saat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh Rosi Silalahi. Gatot berulang kali menegaskan jika aksi unjuk rasa yang berlangsung sejak Oktober 2016 berlangsung damai.
Karenanya patut dipertanyakan, apakah kelompok yang terus menyudutkan Gatot benar-benar menyimak talkshow yang ditayangkan Kompas TV tersebut?Â
Ataukah kelompok pengecam Gatot tersebut merupakan bagian dari alat dalang perang proxi di Indonesia?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI