Mohon tunggu...
Gatot Swandito
Gatot Swandito Mohon Tunggu... Administrasi - Gatot Swandito

Yang kutahu aku tidak tahu apa-apa Email: gatotswandito@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Seperti Spanyol vs Nigeria, Begitu Juga Jokowi vs SBY

14 Februari 2017   11:42 Diperbarui: 14 Februari 2017   13:17 1614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan terus menerus memanfaatkan kelemahan Campo, Milutinovic sedikit demi sedikit meningkatkan ball position tim asuhannya. Demikian juga dengan SBY yang terus menerus memanfaatkan isu Ahok untuk terus meningkatkan nilai tawarnya. Menariknya, sama seperti lini yang dijaga Campo, kelemahan-kelemahan
Ahok pun begitu vulgar terlihat. Sehingga orang yang paling awam sekalipun pun mampu menangkap dan menganalisanya.

Mungkin satu hal yang paling ditakuti oleh Milutinovic sepanjang babak kedua adalah ditariknya Campo oleh Clemente. Jika, Campo digantikan oleh pemain lainnya, bisa jadi akan terjadi keseimbangan permainan. Beruntung bagi pelatih berkacamata ini, Clemente tidak juga menarik Campo sampai peluit panjang dibunyikan.

Berbeda dengan SBY, jika Ahok gagal memenangi Cagub DKI 2017 atau hakim memutuskan Ahok bersalah dalam kasus penistaan agama, maka ia harus mencari isu baru yang akan dimanfaatkannya untuk menekan Jokowi. Jadi, sebenarnya Ahok sangat dibutuhkan oleh SBY dan lawan-lawan politik Jokowi. Bagi lawan-lawan politik Jokowi, Pilgub DKI 2017 hanyalah 45 menit babak pertama. Yang terpenting bagaimana memenangi pertandingan selama 90 menit yang akan ditentukan lewat Pilpres 2019.

Tapi, Ahok bukanlah satu-satunya pintu masuk bagi SBY dengan skuad yang diasuhnya. Perilaku buruk para pendukung Jokowi/Ahok serta media provokatifnya pun dapat dijadikan pengganti Ahok. Dalam Pilpres 2014, konten-konten PKSpiyungan den media sejenisnya diincar para pendukung Jokowi sebagai salah cara untuk meningkatkan kampanye negatif pada pasangan Probowo-Hatta.

Para pendukung Jokowi ini, termasuk media abal-abal penyebar hoax dan kebencian ini memiliki banyak perilaku yang dapat dijadikan amunisi bagi lawan-lawan Jokowi. Contohnya, adalah hujatan para pendukung Jokowi saat SBY menyampaikan doa kepada Tuhannya. Hujatan kepada seseorang yang tengah berdoa ini pastinya akan dikapitalisasi oleh para pendukung SBY atau lawan-lawan politik Jokowi sejak sebelum Pilpres 2019.

Demikian juga saat SBY bertanya kepada Presiden dan Kapolri. Para pendukung Jokowi menghina-dinakannya dengan sebegitu nistanya. Dari situ bisa ditarik kesimpulan kalau pendukung Jokowi anti-bertanya. Antibertanya karena tahu segalanya. “All seeing Eyes” begitulah gambaran perilaku para pendukung Jokowi.

Belum lagi perilaku pendukung Jokowi yang kerap menghinadinakan para ulama dengan sebegitu rendah serta nistanya. Tentu saja, dengan perilakunya tersebut para pendukung Jokowi akan diopinikan sebagai antiagama, anti-Islam, dan lain sebagainya.

Belum lagi, ada salah seorang pendukung Jokowi. Ahok yang menghinakan penjuang kemerdekaan RI. Menghina pejuang hanya mungkin dilakukan oleh penjajah atau mereka yang menghamba pada penjajah. Dengan kata lain, perilaku menghina para pejuang adalah cerminan mental penjajah atau antek-anteknya yang berkhianat kepada perjuangan para pejuang NKRI.

Maka, jangan heran kalau SBY terus mencuitkan curhatnya lewat akun Twitternya. Bagi SBY itu sama saja dengan menabuh irama gendang. Sementara, para pendukung Jokowi berasyik masyuk berjoget mengikuti gendang yang ditabuh SBY. Tanpa, disadari para pendukung Jokowi berikut situs-situs pendukungnyam kalau mereka telah memberi sejumlah amunisi yang akan dimanfaatkan untuk merontokkan elektabilitas Jokowi.

Lewat media, SBY tahu persis kalau cuitannya direspon dengan buli oleh para pendukung Jokowi. Tetapi, itulah strategi komunikasi SBY. SBY tidak akan menanggapinya. Dan SBY akan terus men-twitt dengan tidak menghiraukan cibiran, hujatan, makian, cacian, dll yang di alamatkan kepada dirinya dan keluarganya.

Sama seperti Bora Milutinovic, SBY akan memanfaatkan titik lemah Jokowi, sebelum mengandaskannya di 2019. Tentu saja dengan catatan Jokowi dapat bertahan dan nyapres pada Pilpres 2019.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun