Aiko memang cantik. Sejauh mata memandang dari atas sampai bawah nggak ada yang dibuang. Hari itu dia masak kakap sambal dabu-dabu. Sekalian promosikan kecap mangrove merek Jackie Gold buatan ibu-ibu UKM binaan Pertamina.
Kata Aiko, kakap putih dipilihnya karena dagingnya yang empuk dibanding ikan mayung. Lantas, Aiko melumuri kakap putih itu dengan bumbu. Cara dia melumuri ikan bikin saya yang nangkring di atas panggung jadi deg-degan. Eh, pas ikan yang katanya berdaging emouk itu diangkat, ternyata terlihat sudah kaku.
Busyet. Itu ikan sudah mati. Sudah tinggal badan dan ekornya saja. Tapi kok kelakuannya masih ngeres begitu. Bagaimana waktu masih hidup utuh.Jangan-jangan kakap yang dimasak Aiko itu termasuk kucing garongnya kakap. Pantes saja perkembangbiakan kakap di Indramayu terbilang cepat. Lha kelakuan penjantannya kayak gitu.
Sambil nunggu kedatangan Ibu Menteri, wajah Aiko masih kebayang-bayang. Saya mah nggak peduli Aiko bayangin wajah saya apa nggak. Lha kenal aja nggak. Kadang mata dilayangkan ke arah tampilan video yang ada di dua sisi panggung. “Berlabuh di Pantai Karangsong” begitu salah satu tulisan pada tampilan.
Saya membayangkan kalau sepanjang pantai Indramayu sudah jadi hutan mangrove. Dulu tentara Jepang pertama kali mendarat di Pantai Eretan, Indramayu. Nah, kalau sepanjang pantai dikelilingi mangrove, nggak bakal tuh tentara Jepang menjajah Indonesia. Paling setelah mendarat lansung bantu ibu-ibu PKK bikin dodol mangrove.
Ini yang belum banyak diketahui. Sebelum mendaratkan pasukannya di Eretan. Tentara Jepang diduga akan diterjunkan di atas Eretan. Mendengan informasi itu, langsung saja para pejuang dan masyarakat Indramayu memotong bambu dan meruncingkan salah satu ujungnya. Bambu –bambu itu kemudian ditancapkan di sepanjang pantai Eretan.
Kebayang kan, bagaimana jadinya kalau Jepang jadi menerjunkan pasukannya. Pas diterjunkan, di bawah sudah menunggu bambu runcing. Nanti kalau LSI merilis survei. Hasilnya, dari 1.000 serdadu, 53,48 % tewas, 21,75 % hilang bidjinya. Sisanya dtangkap pejuang dan dijadikan romusha pembuat dodol mangrove.
Ternyata, itulah awal mula pejuang menggunakan bambu runcing untuk mengusir penjajah. Itu artinya, bambu runcing yang diciptakan tahun 1942 lebih mutakhir dari granat, tank, kapal perang, bahkan pesawat tempur yang sudah lebih dulu diciptakan. Bangga juga saya jadi orang Indonesia.
Pas lagi senyum-senyum dalam hati karena bangga jadi orang Indonesia, saya lihat ada bapak berbatik yang rambutnya lebih gondrong dari saya sampai rambutnya itu bisa diikat. Saya lihat banyak bapak-bapak yang rambutnya sudah botak menyambut bapak yang gondrong itu.Bapak-bapak botak itu menyalami dengan punggung sedikit dibungkukkan tanda hormat. Lalu mereka berbincang hangat.
Penasaran dengan bapak gondrong itu, saya berpindah tempat duduk. Saya nguping. Ternyata, bapak yang gondrong itu dosen dari bapak-bapak yang sudah botak.
Ternyata benar kata orang, dunia sudah terbolak-balik. Zaman sekarang dosennya yang gondrong, mahasiswanya yang botak plontos.