Persoalan benar-atau salah dengan opini yang saya tulis, itu soal lain. Buat saya yang terpenting olah pikir yang tertuang dalam tulisan tidak menyimpang dari data atau informasi yang ada. Opini boleh salah, itu kata Kang Pepih dalam satu artikelnya. Dan, saya sangat setuju dengan artikel tersebut. Jangankan netizen, analisa badan intelijen yang diolah dari data atau informasi yang keakuratannya berskala 99 % saja masih sering meleset. Salah dalam menganalisa suatu peristiwa itu wajar, sebab yang diolah adalah persoalan sosial yang bersifat dinamis, bukan meja, kursi, mobil, air, planet, atau benda mati lainnya.
Setiap memposting artikel, saya juga tidak mengharapkan semua pembaca setuju. Sebelas-dua belas dengan selebritis yang tahu kalau tidak semua audien dapat menikmati pertunjukannya. Rambut sama hitam, pendapat bisa berbeda. Begitu kata pepatah. Mau ditepuktangani penonton, mau dicuekbebeki, atau mau ditimpuki dengan gelas plastik, toh Syarini, Jupe, Dewi, Depe, NM, dan Dani tetap selebritis yang terkenal. Begitu juga dengan saya. Mau tulisan saya disetujui pembaca, mau dibantah, mau dibuli, toh itu semua tidak mengurangi kadar keselebritisan saya.
Tapi, benar kata para selebritis. Jadi terkenal itu ada enaknya ada juga tidak enaknya. Begitu juga dengan pengalaman yang pernah saya alami dan pernah saya ceritakan ke Mpok Mike dan Kak Elde. Ceritanya begini, apada suatu ketika, saya mengurus ATM di sebuah bank di kota Cirebon. Tibalah giliran saya dilayani oleh CS bank yang cantik berjilbab. Seperti biasa, saya menyodorkan buku rekening dan KTP. Tidak perlu berlama-lama urusan ATM pun kelar.
“Maaf, Pak, ini dengan Pak Gatot Swandito yang menulis di Kompasiana bukan?” tanya mbak CS yang cantik itu sambil tersenyum.
Mendengar pertanyaan itu, naluri keselebritisan saya langsung tergerak. “Benar. Saya memang Gatot Swandito yang di Kompasiana,” jawab saya bangga. Tangan kiri saya pun langsung merogoh saku celana kiri untuk mengambil HP. Maksudnya untuk menunjukkan kalau saya memang benar selebritis Kompasiana yang dikenalnya itu.
Sementara saya mengutak-atik layar HP, saya mendengar Mbak CS bercerita. Katanya, ia sering membaca tulisan di kanal Fiksiana dan beberapa kali menayangkan karya fiksinya di sana. Mendengar cerita Mbak CS saya tersenyum manis penuh pesona nan memikat. Senang rasanya ketemu sesama Kompasianer. Apalagi Kompasianer itu mengenali saya. Naluri keselebritisan saya pun makin bergolak. Begitu saya mau menunjukkan dashboard Kompasiana akun Gatot Swandito, Mbak CS bertanya, “Oh ya Mas, kalau Mas Elde dengan Mas Anu itu kenapa sih ...?”
Welah dalah, Mbak CS-nya ini, bagaimana toh? Ketemuannya sama siapa, kenalnya sama siapa. Dan, sorry to say, yang selebritis di Kompasiana itu siapa? Lha, kok yang ditanya malah Kompasianer yang lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H