Mohon tunggu...
Gatot Swandito
Gatot Swandito Mohon Tunggu... Administrasi - Gatot Swandito

Yang kutahu aku tidak tahu apa-apa Email: gatotswandito@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Survei LSI: Elektabilitas Ahok-Djarot Tidak Turun, Agus Jangan Jumawa, Anies Stay Cool Saja

6 Oktober 2016   11:19 Diperbarui: 6 Oktober 2016   11:46 4029
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah survei LSI itu salah? Ya, tentu saja tidak salah sama sekali. Bagaimana pun survei LSI itu didasari pada metodologi yang jelas. Acuannya jelas yaitu Pilpres 2009. Jadi, sekalipun banyak yang mencak-mencak dengan hasil survei LSI, lembaga survei pimpinan Denny JA ini tetap benar. Tidak ada yang salah. Yang salah justru yag mencak-mencak karena tidak memahami metodologi LSI.

(Kalau tentang hasil survei yang lucu-lucu sudah banyak dituliskan di Kompasiana ini. Jadi tidak perlu lagi ngamprak-ngamprak blusukan ke rilis-rilis survei lembaga survei lainnya. Saking lucunya, ada lembaga survei yang men-copas 100 % angka-angka dari rilis lembaga survei lainnya. Tulisan tentang kelucuan lembaga survei sudah ditulis di sini. Tidak jelas apakah akun IMOSAC di Kompasiana dimiliki IMOSAC yang men-copas hasil survei lembaga lain. Yang pastinya, akun IMOSAC sudah lama tidak nongol lagi.)

Lantas, bagaimana dengan rilis survei LSI yang menyebut Ahok potensial tumbang pada Pilgub 2017 ini? Kalau soal potensi kekalahan Ahok, bukankah menurut survei CSIS sudah bisa diraba sejak Januari 2016.

Memang berdasar hasil survei CSIS itu banyak media dan pengamat yang bilang Ahok bakal menang mudah. Di Kompasiana pun banyak artikel yang menuliskan tentang kemenangan mudah Ahok tersebut. Tetapi, berdasarkan survei yang sama, kalau mau lebih teliti membacanya, justru sebaliknya. Ahok tidak bakal menang mudah seperti yang tertulis pada artikel “Siapa Bilang Ahok Bakal Menang Mudah dalam Pilgub DKI 2017 Nanti”. (Baru beberapa bulan kemudian nyadar kalau survei CSIS itu ngaco)

Sebenarnya pada rilis survei LSI yang menyebut Ahok potensial tumbang itu ada beberapa sisi lemahnya. Pertama, LSI bilang kalau elektabilitas Ahok turun dari 59,3% pada Maret 2016 menjadi 31,1% pada awal Oktober 2016. Tetapi, ada yang membedakan, pada Maret itu LSI hanya merekam elektabilitas Ahok doang.Sementara, pada Oktober di tahun yang sama LSI sudah memasangkan Ahok dengan Djarot.

Jelas elektabilitas individu sangat berbeda dengan elektabilitas pasangan. Mau bukti? Buktinya berdasarkan survei juga. Pakai survei Poltracking yang dirilis pada 15 September 2016. Buka link KOMPAS ini. Di-copas saja, “elektabilitas Ahok mencapai 40,7 persen, atau melampaui elektabilitas kandidat gubernur yang lainnya.

Adapun lima figur yang digadang-gadang menjadi bakal calon gubernur DKI dengan elektabilitas di bawah Ahok adalah Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dengan 13,8 persen, Sandiaga Uno dengan 9,2 persen, mantan Mendikbud Anies Baswedan dengan 8,9 persen, pakar hukum tata negara Yusril Ihza Mahendra dengan 4,6 persen, dan ustaz Yusuf Mansur dengan 3,3 persen.”

Tetapi, masih dari rilis survei yang sama, setelah Ahok diduetkan dengan Djarot, elektabiltas pasangan ini 37,9%. Sementara, pasangan Anies-Sandiaga menempel ketat dengan elektabilitas 36,4%.

Maka dari itu, LSI tidak bisa membandingkan elektabilitas Ahok sebagai individu dengan elektabilitas pasangan Ahok-Djarot. Dengan begitu, LSI tidak bisa mengatakan elektabilitas Ahok menurun.

Di luar itu, naik-turunnya elektabilitas ketiga pasangan belum bisa terbaca. Sebab, persaingan antara ketiga pasangan itu belum pernah disurvei sebelumnya. Bahkan, nama Agus Yudhoyono belum sekali pun muncul dalam rilis survei manapun.

Kemudian, LSI mengatakan pasangan Ahok-Djarot potensial tumbang karena selisih elektabilitas dengan pesaing terdekatnya kurang dari 20%. LSI mengklaim prediksi itu berdasarkan pada sejumlah pilkada yang pernah disurvei sebelumnya. Pertanyaannya sederhana saja, sejauh apa rentang waktunya? Kalau selisih 20% itu terekam dalam rentang waktu satu bulan jelang hari pencoblosan, sudah pasti pesaing terdekat sulit untuk mengejar ketertinggalan. Tetapi, kalau rentang waktunya masih lima bulan lagi, kemungkinan pesaing terdekat bisa menyalip sangat dimungkinkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun