Kalau potensi tumbangnya Ahok sudah diprediksikan, demikian juga dengan dua pasangan cagub-cawagub lainnya. Sebelum Gerindra mengumumkan pencalonan Anies Baswedan sebagai cagub. Posisi Agus waktu itu terbilang underdog nyaris tidak dilirik. Setelah Anies di-DKI 1-kan, awalnya dukungan PKS kepada pasangan Anies-Sandi begitu bulat.
Malah di awal-awal pencalonan Anies-Sandi, akun-akun yang diduga dimiliki oleh kader PKS pun sibuk menghapus serangan-serangan yang pernah mereka tujukan kepada Anies, baik itu sewaktu Anies masih sebagai jurkam Jokowi, maupun saat Anies menjabat mendikbud.
Tetapi, belakangan sejumlah akun tersebut berbalik arah. Tidak sedikit dari mereka yang terang-terangan mengungkapkan penolakannya kepada Anies. Bergesernya sikap kader PKS dari yang awalnya mendukung Anies kemudian berbalik arah menolak Anies.ini bia dilihat dari akun yang dimiliki Jonru.
Bukan saja PKS, kelompok-kelompok yang pada Pilpres 2014 lalu mendukung Prabowo-Hatta pun terlihat mulai menjauh dari pasangan Anies-Sandi. Tentu saja perheseran sikap “konstituen” Prabowo ini menguntungkan pasangan Agus-Sylvi. Menurut LSI, elektabilitas pasangan Agus-Sylvi hanya terpaut 1,8% di bawah Anies-Sandi. Karenanya, selisih elektabilitas antara keduanya pun sebenarnya tidak juga mengherankan.
Melihat pergeseran pendukung Prabowo, maka tidak usah heran kalau dalam sosialisasinya Agus dan pasangannya jauh lebih tenang ketimbang Anies-Sandi. Sebab, bagi Agus saat ini ia tinggal bersikap manis sambil menunggu durian runtuh. Sementara, baik Anies maupun Sandi, masih harus meluruskan segala macam tudingan yang mengarah kepada keduanya.
Manuver pasangan Anies-Sandi inilah yang harus ditunggu. Sebab, tanpa manuver yang berarti, keduanya bakal tersingkir pada putaran pertama. Selanjutnya, pada putaran kedua akan bertanding antara Ahok-Djarot vs Agus-Sylvi.
Masalahnya, bagi Agus-Sylvi adalah bagaimana menarik suara dari kelompok pemilih rasional. Sebab kecenderungan pilihan kelompok ini bukan terarah pada jagon Cikeas ini, tetapi pada Ahok dan Anies. Nah, berapa banyak jumlah pemilih rasional ini, tidak akan terdeteksi oleh survei manapun. Sebab, terkait pemilu, tingkat pendidikan belum tentu menunjukkan tingkat rasionalitas.