Posisi Anies Baswedan saat ini sedang tersudutkan. Banyak beban yang menggantungi pundak Anies terkait pencalonannya sebagai calon gubernur oleh Gerindra dan PKS. Dengan ketersudutannya itu, berat bagi Anies untuk memenangi Pilgub DKI 2017 ini.
Pertama. Faktor Sandiaga Uno yang didapuk sebagai pendamping Anies. Sebagaimana yang sudah banyak didengar, Sandi diduga terlilit sejumlah kasus. Parahnya lagi, meski sudah lewat 8 tahun, dugaan kasus pelecehan seksual yang dilakukannya terhadap Dewi Persik mulai mengincarnya. Politisi PDIP, Adian Napitupulu sudah mengangkat isu ini. Jauh hari sebelumnya Ahok sudah mengundang Dewi untuk makan malam bersamanya.
Dugaan kasus pelecehan seksual ini pastinya akan lebih menarik perhatian masyarakat. Selain karena dugaan kasus ini lebih mudah dipahami oleh orang awam ketimbang kasus korupsi atau pun Panama Papers, kasus ini pun akan membajiri program infotainmen dari pagi sampai malam hari. Celakanya lagi, infotainmen memiliki rating yag cukup tinggi.
Jelas, dugaan pelecehan seksual yang dilakukan Sandi kepada Dewi akan membebani langkah Anies. Anies yang berlatar belakang pendidik pastinya akan kewalahan dalam menghadapi gempuran lawan terkait isu ini.
Kedua. Sikap sejumlah kader PKS yang membangkang terhadap keputusan partainya. Pembangkangan ini dikarenakan banyak alasan. Alasan pertama karena Anies dianggap oleh sejumlah kader PKS sebagai penganut Syiah dan Islam liberal. Benar, Hidayat Nurwahid beberapa waktu lalu mengklarifikasi kalau Anies bukanlah penganut Syiah.
Memang, beberapa hari yang lalu sejumlah akun yang ditengarai milik kader-kader PKS melakukan bersih-bersih terhadap konten yang berisikan hujatan pada Anies. Tetapi, gerakan tersebut tidak berlangsung lama. Dalam dua hari ini, tudingan Anies sebagai penganut Syiah mulai kembali menyemaraki jejaring sosial.
Tudingan Anies sebagai penganut Syiah dikuatkan dengan tidak aktifnya beberapa akun yang dikenal getol menyerukan anti-Syiah. Entah karena sebab apa akun-akun itu tidak aktif. Tetapi, banyak yang mengaitkan ketidakaktifan akun-akun anti-Syiah itu dengan pencalonan Anies.
Jangankan kepada Anies yang dianggap Syiah, liberal, bukan kader partai, dan mantan pendukung serta menteri Jokowi, ketika Mardani Ali Sera dicalonwakilgubernurkan saja, banyak kader PKS yang menunjukkan penolakannya. Penolakan kepada Mardani tidak lain dan tidak bukan lebih dikarenakan konflik internal PKS yang tidak kunjung terselesaikan.
Ketiga. Adanya rumor dukungan Jokowi terhadap Anies. Rumor ini menjadi pedang bermata dua bagi Anies. Sisi pertama dapat menarik pendukung Jokowi untuk mengalihkan dukungannya kepada Anies. Sisi kedua mengarah ke leher Anies sendiri. Dengan adanya rumor ini, Anies dikesankan sebagai calon titipan Jokowi atau istana. Karuan saja, pendukung Prabowo dan PKS yang alergi dengan segala sesuatu yang berbau Jokowi akan berpikir dua puluh lima kali untuk mendukung Anies.
Beruntung, sejumlah keder Gerindra cepat-cepat membantah rumor tersebut. Lebih beruntung lagi setelah dengan vulgar Jokowi menunjukkan kedekatannya dengan Ahok saat meninjau proyek LTR pada Jumat kemarin. Namun demikian, rumor Anies sebagai titipan Jokowi masih tetap digulirkan. Hal ini bisa dilihat dari beredar luasnya lagi tulisan Anies Matta berjudul “Orang Lain di Tengah Kita”.
Artikel yang ditulis oleh Anis tersebut pertama kali beredar pada pertengahan Januari 2016. Dalam tulisannya itu, Anis menguraikan tentang adanya operasi penyusupan ke dalam gerakan dakwah sejak zaman Rasul. Menurut Anis, “orang lain” itu disusupkan atau bisa juga direkrut dari lingkungan dalam gerakan Islam.