Mohon tunggu...
Gatot Swandito
Gatot Swandito Mohon Tunggu... Administrasi - Gatot Swandito

Yang kutahu aku tidak tahu apa-apa Email: gatotswandito@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Jika Gagal "Klik", Nasib Sandiaga Bakal Mirip Ical

27 Agustus 2016   08:27 Diperbarui: 2 April 2018   15:48 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sandiaga Uno. Kompas.com

Akibatnya, terjadi pengkotakan antara rombongan Sandiaga dengan warga yang dikunjunginya. Dan, gegara kostum khusus itu, proses pembauran yang diharapkan terjadi pun gagal. Yang ada, “Lu lu, gue gue.”

Kalau secara fisik saja Sandiaga sudah membentengi dirinya  bagaimana mungkin warga yang ditemui bisa klik dengannya. Adanya jarak secara fisik saja sudah menunjukkan hubungan kaku antara Sandiaga dengan warga.

Dan, untuk melunakkan atau mencairkan kekakuan pastinya memerlukan proses. Dan proses membutuhkan waktu.

Sejak setahun terakhir ini Ssndiaga menggelar serangkaian sosialisasi, tetapi elektabilitasnya masih juga jalan di tempat di sekitar 6%. Masalahnya, hari pencoblosan tinggal sekitar 6 bulan lagi. 

Kalau rentang waktu setahun saja Sandi gagal mendongkrak elektabilitasnya. Bagaimana dengan waktu 6 bulan. 

Padahal, sejak 21 September 2016 yang ditetapkan sebagai batas akhir pendaftaran calon sampai hari pencoblosan, Sandiaga sudah tidak bisa lagi menggelar acara sosialisasi seperti sebelumnya. Sebab setelah hari itu, seluruh aturan pemilu sudah melekat pada cagub.

Kasus Sandiaga Uno ini mirip dengan Aburizal Bakrie. Setidaknya sejak 2013 atau setahun jelang Pilpres 2014, Ical sudah bersafari dengan mendompleng sosialisasi dan kampanye kader-kader Golkar yang terjun di sejumlah daerah. Ical pun gencar mempromosikan dirinya lewat 2 stasiun TV miliknya.

Selain itu, lewat Atap Rumah Bangsa, Ical menggelar sejumlah program untuk mendukung kampanyenya. Tetapi, semua usaha Ical itu gagal. Elektabilitasnya hanya merangkak tipis dari 8% ke 10%, dan tidak mungkin memenangi pemilu.

Ical kesulitan mendongkrak elektabilitasnya karena sentimen negatif masyarakat kepadanya. Kasus Lapindo pastinya telah membuat masyarakat tidak menyukainya.

Mengubah tidak suka menjadi suka bukanlah pekerjaan ringan. Karenanya menggeser sentimen publik dari negatif ke positif pun tidak gampang.

Lantas, bagaimana dengan sentimen terhadap Sandiaga? Positif atau negatif? Apakah pemberitaan tentang Panama Paper dan pelecehan seksual yang dilakukan Sandiaga terhadap Dewi Persik mempengaruhi sentimen publik kepadanya? Kalau jawabannya “ya”, artinya nasib 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun