Rencananya Senin kemarin, 21 Agustus 2016, Sandiaga Uno mengumumkan bakal calon wakilnya. Tapi, rencana itu dibatalkan. Alasannya, tujuh parpol koalisi Kekeluargaan meminta waktu untuk menilai sosok cawagub untuk Sandiana tersebut.
Di sisi lain, ada angin surga yang menghembusi Sandiaga. Kata Taufik, ada tiga parpol yang akan mendeklarasikan dukungannya kepada Sandiaga. Ketiganya parpol itu adalah Demokrat, PKB, dan tentu saja Gerindra.
Seperti rencana pengumuman bakal cagub yang batal digelar, rencana deklarasi dukungan tiga parpol itu pun kemungkinan besar tidak akan terlaksana. Mungkin hanya Gerindra saja yang akan menghadirinya.
PKB di bawah Muhaimin Iskandar dikenal sebagai parpol yang “realistis”. Dengan karakternya itu, PKB lebih memilih untuk tetap menunggu dan mengamati sampai batas tertentu. Karena sampai saat ini belum ada gerakan parpol yang secara signifikan mengubah peta politik ibu kota, maka PKB pun tidak akan melakukan move.
Sementara, Demokrat dikenal dengan kehati-hatiannya. Karena kehati-hatiannya itu, Demokrat tidak akan gegabah menentukan sikap politiknya. Bahkan, jika terjadi persaingan sengit di mana sulit memprediksikan pemenangnya, Demokrat lebih memilih berposisi netral ketimbang memihak, contohnya pada saat Pilpres 2014.
Singkatnya, baik PKB maupun Demokrat tidak akan terburu-buru menentukan pilihan. Setidaknya, keputusan kedua parpol tersebut baru akan diambil setelah PDIP secara resmi mendeklarasikan calonnya.
Menariknya, PKS yang sempat menyatakan dukungannya kepada Sandiaga tidak disebut oleh Taufik. Padahal PKS dikenal paling dekat dengan Gerindra. Kalau benar PKS tidak akan menghadiri deklarasi, artinya PKS pun mulai menjauhkan dukungannya kepada Sandiaga.
Dari berbagai sisi, Sandiaga bukanlah sosok yang layak untuk dicalonkan. Dari sejumlah survei, kalau survei itu benar, tingkat elektabilitas Sandiaga tidak juga merangkak naik. Padahal dalam berbagai kesempatan, Sandiaga rajin menyosialisasikan pencalonannya.
Benar, menurut survei terakhir Manilka, elektabilitas Sandiaga sudah menyeimbangi Ahok. Tetapi, posisi itu didapat Sandiaga kalau dipasangkan dengan Risma. Risma sebagai cagub dan Sandiaga sebagai cawagub. Sementara, tingkat elektabilitas Sandiaga secara individu sangat rendah.
Benar, elektabilitas Jokowi saat nyagub DKI 2012 pun rendah. Tetapi, Jokowi memiliki sentimen positif. Lantas, bagaimana sentimen publik kepada Sandiaga? Apakah dengan serentetan rumor yang melilitnya, terutama gosip pelecehan seksual terhadap Dewi Persik, Sandiaga memiliki sentimen positif?
Selain rumor-rumor yang menghantamnya, Sandiaga pun rentan melakukan blunder yang dapat merugikan nama baik parpol pendukungnya. Dalam seminggu Sandiaga melakukan dua kali blunder. Pertama, Sandiaga meng-up load video pidato Prabowo mengatakan “Yang tidak dukung Sandiaga Uno antek asing”.
Kemudian Sandiaga melakukan blunder keduanya. Sandiaga mengaku pencalonan dirinya sebagai cagub untuk membalas dendam Prabowo kepada Ahok. Artinya, Pilgub bagi Sandiaga hanya ajang untuk memenuhi urusan pribadinya. Tidak ada kepentingan rakyat dalam rencana balas dendam tersebut.
Dari sejumlah argumen di atas, kecil kemungkinan Demokrat dan PKB akan menghadiri deklarasi pencalonan Sandiaga.
Mungkin, Sandiaga akan menawarkan posisi cawagub kepada Demokrat dan PKB. Tetapi, kembali kepada survei, elektabilitas Sandiaga sangat rendah.
Namun demikian, kemungkinan Demokrat untuk menghadiri deklarasi pencalonan Sandiaga tetap ada. Seperti yang diberitakan, lewat sejumlah perusahaannya, Sandiaga menjadi salah seorang penyumbang Demokrat pada pemilu 2009.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H