“Kamu sekarang sibuk banget ya mas?” tanya seorang teman kompasianer lewat akun Facebook-nya.
Aku yang sudah lama jarang mengakses akun FB langsung membalas pesan yang dikirim pada Jumat pagi seminggu yang lalu itu. “Ga ko na, Ni aq lg boboan,” balasku seenaknya..
“Kok ga nulis lagi?” lanjut kompasianer asal Kota Batu, Jatim itu lagi.
Rupanya sudah beberapa hari ini ia tidak menemukan tulisanku di Kompasiana. Ia memang kerap menyambangi tulisan yang aku tayangkan. Di hampir setiap tulisanku itu, ia kerap meninggalkan jejak kunjungannya dengan memberi nilai dan komentarnya.
“Biasa aja. Lg ga mood,” jawabku beberapa menit kemudian.
Memang sudah beberapa hari ini aku tidak menayangkan tulisanku di Kompasiana. Padahal, dalam satu minggunya aku bisa menayangkan tiga sampai lima artikel. Malah kalau sedang on fire satu hari bisa menayangkan dua artikel.
Tapi, begitu memasuki bulan Ramadhan gairah menulisku mendadak rontok. Namun demikian, bukan berarti hilang sama sekali. Sesekali gairah menulisku bangkit. Mungkin sudah jadi “tradisi”, karena tahun-tehun sebelumnya pun aku mengalami kejadian serupa ini. Dan, biasanya “tradisi” tahunan ini berlangsung sampai dua minggu setelah lebaran.
Sebenarnya, aktivitas berinternetku selama bulan Ramadhan tidak jauh bergeser. Seperti hari-hari yang lainnya, aku masih tetap mengobok-obok situs-situs berita dan tentu saja melongok rumah sehat Kompasiana. Hanya saja, di bulan puasa ini ketertarikanku yang bergeser jauh. Aku jadi lebih sering mengobrol bersama teman-taman lewat Facebook atau WhatsApp. Kalau tidak bermedia sosial, aku main game atau nonton film lewat situs-situs penyedia film.
Sama seperti pengguna internet lainnya, yang kubutuhkan dalam berinternet adalah kualitis sinyal yang baik. Kualitas sinyal internet yang baik itu harus memenuhi tiga faktor: kecepatan, kestabilan, dan luasnya wilayah cakupan (coverage). Ketiganya harus tersedia tanpa ada yang diabaikan. Kecepatan saja tanpa kestabilan percuma, karena koneksi internet sering terputus. Begitu juga sebaliknya. Tapi, percuma juga dengan sinyal yang kuat dan stabil kalau coverage-nya terbatas. Karena soal coverage ini sangat penting bagi pengguna yang memiliki mobilitas tinggi. Dan, soal kualitas sinyal, ketepatan dalam pemilihan operator menjadi kuncinya.
Soal pemilihan operator ini, sejak September 2007 aku sudah menggunakan layanan Smartfren. Waktu itu namanya masih Smart Telecom atau yang lebh dikenal dengan Smart. Di tahun itu coverage Smartfren masih terbatas. Maklum saja, waktu itu Smartfren baru saja beroperasi. Di Kota Cirebon saja baru berdiri 5 menara BTS (Base Transceiver Station) yang melayani pelanggannya. Karena jumlah menara BTS-nya yang masih terbatas, sinyal pun susah didapat. Jadi, kalau mau telponan di rumah, aku mesti keluar rumah dulu. Perih rasanya.
Memasuki tahun 2008, kualitas sinyal Smartfren di Kota Cirebon semakin baik. Sejumlah BTS dibangun di beberapa titik, sehingga cakupan wilayah layanannya semakin luas. Telponan tidak perlu lagi harus di luar rumah. Malah sejak 2008 internetan di dalam kamar sudah lancar. Waktu itu tarif internet Smartfren masih Rp 1 per Kb-nya.
Dulu saja, sewaktu masih menggunakan teknologi EVDO (Evolution Data Optimize), kualitas sinyal Smartfren sudah memuasakan. Dengan Nokia 2865i, handphone jadul untuk ukuran zaman sekarang, aku bisa menghabiskan waktu untuk berselancar ke sana-kesini, berkirim email, membaca berita, dan tentu saja FB-an.
Kalau dulu saja sudah begitu memuaskan, apalagi sekarang ini. Sejak akhir 2015 Smartfren sudah meluncurkan layanan 4G LTE (Long Term Evolution) Advanced., Dengan layanan 4G LTE-nya, kapasitas bandwidth yang disediakan anak perusahaan Sinarmas Group ini pun jauh lebih besar. Karenanya akses internet Smartfren pun jauh lebih cepat dan stabil. Jadi, semakin tidak perlu khawatir lagi kalau akses internet tersendat-sendat apalagi sampai terputus. Selain itu, coverage atau cakupan wilayahnya pun semakin luas.
Aku sendiri baru tahu kalau Smartfren sudah memasang teknologi 4G LTE di Kota Cirebon sekitar Januari 2016 lalu. Waktu itu aku datang ke galeri Smartfren untuk membeli voucher isi ulang. Di depan galeri aku melihat seorang karyawan Smartfren yang sedang menunjukkan ponselnya kepada seorang pengunjung galeri. Karena penasaran, aku menghampirinya.
“Sedang nyoba 4G LTE,” kata karyawan Smartfren itu begitu aku berada di dekatnya.
Kulihat layar ponsel yang dipegang karyawan itu sedang membuka Youtube. Selama sekitar 10 menit aku menyaksikan video itu diputar. Dan selama sekitar 10 menit itu, tidak kudapati adanya buffering. Pemutaran video berjalan lancar seperti jalan raya di Jakarta pada hari H-Lebaran. Di situ terbukti kedahsyatan teknologi 4G LTE Smartfren yang menghasilkan kualitas sinyal yang cepat serta stabil.
Kemudian video dari Youtube itu di-download. Hasilnya, video dengan ukuran sekitar 20 MB itu berhasil diunduh hanya dalam waktu kurang dari satu menit. Sekali lagi kucepatan sinyal 4G LTE Smartfren terbukti.
Menurut karyawan Smartfren itu, kualitas teknologi 4G LTE yang dimiliki Smartfren pernah diuji di Kota Cirebon dan sekitarnya. Katanya, di beberapa lokasi di Cirebon kecepatan download bisa mencapai 10 Mbps. Ditambahkannya lagi, Smartfren menjadi operator yang pertama memasang teknologi 4G LTE di Kota Cirebon.
Menyaksikan dan mendownload video dari Youtube saja dirasa belum cukup. Kemudian kami pun menjajal video call. Dengan menggunakan dua HP Andromax, kami mencoba kualitas 4G LTE saat ber-video call. Satu HP berada di depan galeri Smartfren. Satu lagi dibawa menyeberangi Jalan Cipto Mangunkusumo. Beberapa detik setelah klik, tampilan video lawan bicara sudah muncul di layar HP. Suara pun terdengar jernih. Dan, selama hampir 15 menit ber-video call sambungan berjalan mulus tanpa terputus. Tampilan video pun lancar tanpa tersedat-sendat. Sekali lagi kualitas sinyal 4G LTE Smartfren teruji kecepatan dan kestabilannya. .
Gegara teknologi yang menghasilkan kecepatan dan kestabilitan sinyal itu, sekarang ini aku jadi sering nonton film lewat internet. Biasanya aku mulai nonton film sambil menunggu datangnya waktu ngantuk. Dan, sebagaimana waktu menjajal kecepatan dan kestabilan sinyalnya di galeri Smartfren, sinyal Smartfren di rumahku juga terhitung capat dan stabil. Karena kestabilannya, film yang kutonton berputar tanpa tersendat-sendat.
Dengan kualitas sinyal yang cepat dan stabil itu, pada bulan puasa kali ini aku bisa menikmati aksi-aksi menegangkan agen rahasia CTU Counter (Terrorist Unit) Jack Bauer saat mengatasi situasi darurat yang dihadapi Amerika Serikat dalam serial “24”. Dalam sehari aku bisa nonton serial produksi Fox itu sampai dua kali.
Nah, ini yang tidak kalah seru. Di Cirebon, Kompas TV belum masuk. Jadi, aku yang di rumah tidak berlangganan TV berbayar tidak bisa menyaksikan Copa America 2016 lewat televisi. Makanya, kalau ada pertandingan yang menarik, aku cuma bisa menyaksikannya lewat live streaming. Untungnya ada 4G LTE Smartfren. Gegara teknologi itu aku jadi bisa nonton Copa America 2016 dengan kualitas yang nyaris sama dengan siaran TV.
Karuan saja kedasyatan teknologi 4G LTE ini menjadi andalanku begitu memasuki musim paceklik menulis di bulan puasa ini. Karena sinyal Smartfren yang cepat dan stabil itu, aku jadi sering men-download game baru. Kalau sudah bosan, game lama aku hapus dan aku cari game baru yang kelihatannya lebih menarik. Kadang, kalau belum juga menemukan game baru yang menarik, aku bisa berkali-kali pasang-copot aplikasi game. Apalagi lamanya waktu untuk men-download sudah lagi tidak jadi masalah. Lewat laptop, game Widelands yang berukuran 154 MB kelar di-download dalam 11 menit.
Kalau ditanya, kok rame banget, bisa ini-itu? Memangnya nggak boros? Kalau ditanyai pertanyaan seperti itu, bakal kujawab, kalau nomor saya sudah disetel paket unlimited. Dengan registrasi paket unlimited bulanan yang disediakan oleh Smartfren, aku sebagai pelanggannya tidak dipusingkan lagi dengan terkurasnya isi dompet karena aktivitas berintenetku di bulan puasa ini.
Saat menyandingkan kedahsyatan sinyal Smartfren dengan ringannya biaya yang harus dikeluarkan, aku jadi teringat pada semboyan Smartfren di masa awal beroperasinya. Smart, begitu namanya saat itu, terjun ke medan persaingan sengit antar operator seluler dengan bersemboyankan “Hebat, Hemat”.
Lantas aku pun mengingat-ingat lagi pengalamanku selama menggunakan layanan Smarfren. Kalau dihitung sejak September 2007 dan saat itu bersamaan dengan bulan Ramadhan, ternyata Ramadhan tahun 2016 ini menjadi Ramadhan ke-10-ku bersama Smartfren. Sampai sekarang pun kartu SIM SIM (Subscriber Identity Module) beserta nomor yang kupakai masih sama dengan yang kubeli pada 2008 atau sekitar setengah tahun sejak pertama kali aku menggunakan Smartfren. Nomornya, 0881512-Trilpe X-Z.
Sudah sepuluh Ramadhan kulewati bersama operator paling bontot di Indonesia ini. Berarti aku dengan Smartfren lebih lengket ketimbang Rangga dengan Cinta yang diceritakan dalam film “Ada Apa Dengan Cinta”. Sebab Rangga sempat berpisah dengan Cinta selama 12 tahun lamanya. Dan, selama 10 kali itu, Smartfren benar-benar membuatku melewati Ramadhan dengan penuh warna.
#Mau Ramadhan lebih berwarna? Ayo #4GinAja Ramadhan MU di http://www.smartfren.com/id/4ginaja
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI