Mohon tunggu...
Gatot Swandito
Gatot Swandito Mohon Tunggu... Administrasi - Gatot Swandito

Yang kutahu aku tidak tahu apa-apa Email: gatotswandito@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

(Resensi) "Hidup yang Lebih Berarti" Ketika Hidup Tak Lagi Bladus

20 Mei 2016   08:40 Diperbarui: 20 Mei 2016   09:43 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
El sedang serius membaca

Tidak sia-sia Milda mengkuti pelatihan tersebut. Kini sebagai kader kesehatan Milda mampu memberikan sejumlah materi penyuluhan, mulai dari CTPS (Cuci Tangan Pakai Sabun), Mengenal Demam Berdarah dan Pencegahannya, Tubuh Sehat dan Bugar, sampai penyuluhan tentang kanker payudara lewat metode “Sadari” atau Periksa Payudara Sendiri. Tidak hanya itu, dalam kesehariannya pun Milda kerap didatangi tetangga-tetangganya hanya untuk dimintakan memeriksa tensi darah.

Dari Kabupaten Cirebon, atau tepatnya Desa Kalitengah, Kecamatan Kalitengah, Kabupaten Cirebon, Gatot Swandito menghaturkan “Di Tangan Dian Novalia, Penjualan Batik tidak Se-bladus Warnanya”. Membatik bagi warga Desa Kalitengah bukan saja sekedar mata pencarian, tetapi juga menjaga tradisi yang telah diturunkan sejak ratusan tahun lamanya. Begitu juga dengan Dian Novelia, ia menekuni usaha batik yang diturunkan oleh orang tuannya.

Dian mengisahkan awal mula ia menekuni usaha batik yang dimulainya pada tahun 1999. Pada waktu itu ia mendapat modal 6 lembar kain mori dari kedua orang tuanya. Bersama suami yang baru menikahinya, keenam kain mori itu kemudian dibatiknya lalu dipasarkan.

Lewat tetangganya, pada tahun 2014 Dian mengenal Daya Tumbuh Komunitas BTPN (DTK BTPN). Kebetulan Dian merupakan nasabah BTPN Syariah. Awalnya ajakan tetangganya itu dicueki oleh ibu dua anak ini. Namun pada akhirnya Dian pun memutuskan untuk bergabung. Keputusan tersebut diambilnya setelah ia melihat kemajuan usaha tetangga-tetangganya yang juga sesama pembatik.

Dalam upaya pemberdayaan anggota binaannya, BTPN menyelenggarakan berbagai ajang. Salah satunya ajang pameran yang bertajuk “Selendang Mayang”. Terakhir BTPN menggelar Selendang Mayang II di Jakarta selama dua hari jelang hari raya Idul Fitri 2015. Dalam ajang Selendang Mayang II tersebut

Tidak percuma Dian bergabung dengan DTK BTPN. Selain dapat mengembangkan usaha batik yang sudah dijalaninya, DTK BTPN pun menawarkan banyak peluang usaha lainnya. Salah satunya dengan menganekaragamkan atau diversifikasi bahan pewarna batik yang digunakan

Penganekaragaman pewarna batik dengan menggunakan bahan perwarna alami ini sudah dijalani Dian sejak Juni 2015 lalu. Bahan baku untuk pewara alami batik ini didapat dari lingkungan sekitar. Ada bahan pewarna yang dihasilkan dari daun mangga, kulit buah jengkol, daun kersem, bahkan kotoran kerbau dan sapi pun bisa disulap menjadi bahan pewarna batik.

Menurut Dian, batik dengan pewarna alami memiliki kekhasan sendiri. Batik berbahan pewarna alami lebih tahan lama dan tidak luntur meski sering dicuci. Kecemerlangan warna batik yang dihasilkan bahan pewarna sintetis dan alami pun berbeda. Jika batik berbahan pewarna sintetis atau kimia nampak lebih cemerlang warnanya, maka warna batik berbahan alami nampak tidak mengkilap, tidak cemerlang, atau bladus.

Dengan mengenalkan bahan pewarna alami kepada pembatik, BTPN telah mengajak binaannya untuk lebih “Go Green”. Tentu saja dengan menggunakan bahan pewarna alami, harga batik yang dijual Dian pun lebih tinggi ketimbang batik berbahan pewarna sintetis.

Buku dengan sampul warna orange ini merupakan hasil dari reportase blogger Kompasiana yang dilakukan pada akhir September-awal Oktober 2015. Dengan gaya penulisan feature, ke 20 Kompasianer menghadirkan hasil peliputannya dalam buku ini.

Sayangnya, kertas yang digunakan berwarna buram sehingga foto-foto yang ditampilkan kurang menarik. Foto pun ditampilkan dalam hitam-putih. Padahal dalam buku itu banyak foto yang menampilkan kemasan produk yang pastinya penuh warna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun