Mohon tunggu...
Gatot Swandito
Gatot Swandito Mohon Tunggu... Administrasi - Gatot Swandito

Yang kutahu aku tidak tahu apa-apa Email: gatotswandito@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

(Resensi) "Hidup yang Lebih Berarti" Ketika Hidup Tak Lagi Bladus

20 Mei 2016   08:40 Diperbarui: 20 Mei 2016   09:43 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sampailah pada 21 Desember 2012 Pemkot Surabaya menutup lokalisasi Dupak. Sekalipun Anik mendukung kebijakan pemkot tersebut, namun tak ayal penutupan lokalisasi membuat usahanya kendur. Katanya, sebelum ditutup dalam sehari ia bisa membikinkan pelanggan 100 gelas kopi. Tetapi setelah penutupan ada dua orang yang pesan kopi saja sudah bagus. Ibaratnya, karena gulanya sudah tidak ada, maka semut pun tidak datang.

Bangkrutnya usaha warung mendorong Anik semakin rajin mengikuti berbagai pelatihan keterampilan, mulai pelatihan memasak, menjahit, membuat bakso, hingga membuat handytcraft. Untungnya, perepuan 41 tahun ini tidak ingin berhasil sendirian. Ia  pun mencoba mengajak beberapa mantan PSK dan mantan mucikari di sekitar rumahnya yang juga merupakan warga terdampak penutupan lokalisasi. Kepada yang diajak, Anik berusaha meyakinkan mereka untuk memperbaiki nasib dengan mengikuti pelatihan keterampilan.

“Awalnya susah sekali mengajak mereka. Tapi saya nggak patah semangat,” ujarnya.

Usahanya tidak sia-sia. Anik akhirnya berhasil mengajak delapan tetangganya untuk ikut serta mengikuti latihan. Dari berbagai pelatihan yang diikuti, ia bersama delapan warga lainnya mulai percaya diri, bahwa mereka bisa hidup mandiri.

Bersama mantan PSK dan mucikari yang diajaknya, Anik membentuk Rumah Kreatif Kembang Melati. Anik ditujuk sebagai ketuanya. Rezeki nomplok datang kemudian. mereka mendapatkan bantuan mesin jahit dari Pemerintah Kota Surabaya. Mulailah mereka memproduksi produk handycraft seperti dompet, bros, tas, hingga keset berkarakter.

Awalnya hasil karya Rumah Kreatif Kembang Melati.tidak seperti yang diharapkan. Tetapi, mereka terus berusaha. Sampai kemudian keset motif bikinan rumah kreatif Kembang Melati terpilih sebagai produk terbaik dalam ajang UKM kreatif award Surabaya tahun 2012 silam.

Kisah perjalanan usaha Anik Sriwatinah menjadi satu dari 20 kisah sejenis lainnya yang disajikan dalam buku “Hidup yang Lebih Berarti”. Buku ini diterbitkan atas kerja sama blogger Kompasiana dengan BTPN. Dalam buku setebal 190 halaman ini, banyak kisah inspiratif yang keinspiratifannya tidak pernah terlintas dalam pikiran Bill Gates dan Steve Jobs sekalipun.

“Akan tetapi, dari buku yang sedang Anda baca ini, Anda akan dihadapkan pada bangsa sendiri dengan ide dan segudang kreativitas yang mencengangkan, bahkan beberapa mengejutkan,” toreh COO Kompasiana Pepih Nugraha dalam pengantar buku terbitan PT Elex Media Komputindo. 

Bukan hanya kisah tentang usaha seperti yang dilakoni Anik yang disuguhkan dalam “Hidup yang Lebih Berarti. Ada juga kisah tentang Milda Fitriawati yang membantu sesamanya setelah menjadi penyuluh kesehatan. Kisah tentang penyuluh kesehatan ini ditulis oleh Dody Kasman dalam “Milda Fitriawati Merasa Berarti dengan Jadi Kader Kesehatan”.

Milda yang hanya berijazah Paket C ini mampu membuktikan kalau ia bisa berbuat banyak dan bermanfaat bagi masyarakat di sekitarnya. Ibu rumah ini membantu sesamanya sejak bergabung dengan program Daya pada 2013. Dalam program yang dibina oleh BTPN tersebut, Milda menjadi kader kesehatan untuk Kecamatan Krasaan, Kabupaten Probolinggo..

Tidak mudah bagi Milda untuk menjadi kader kesehatan BTPN. Awalnya ia harus mengikuti seleksi yang sangat ketat. Setelah dinyatakan lulus seleksi, barulah perempuan kelahiran 1975 ini mengikuti pelatihan di Bogor. Dalam pelatihan yang melibatkan PDUI (Persatuan Dokter Umum Indonesia) tersebut, Milda dan peserta pelatihan lainnya diberikan serangkaian materi yang dilangsungkan selama 160 jam. Dari 160 jam tersebut, dibagi menjadi 140 jam materi kelas dan 20 jam berupa praktek.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun