Awalnya saya maju sebagai cagub karena berpikir Pilgub DKI 2017 ini bakal seru. Konon, seperti yang berseliweran di media, Ahok terlalu kuat untuk dikalahkan. Saking kuatnya sampai-sampai bertebaran meme di media sosial kalau Ahok bakal memenangi pilgub biarpun berpasangan dengan sandal jepit. Tapi, ternyata ... oh no! Belum apa-apa Ahok sudah loyo. Ahok sekarang ini sedang menuju senjakalanya.
31 Maret 2016 kemarin KPK menangkap M Sanusi dalam kasus Raperda soal reklamasi. Sanusi ditangkap tangan dengan sejumlah Agung Podomoro. Menyusul kemudian Presdir Agung Podomoro Ariesman Widjaja. Dan, Ahok pernah dengan bangganya mengaku sebagai Gubernur Agung Podomoro.
Ahok memang belum tentu terlibat dan bisa jadi tidak terlibat sama sekali. Tetapi, persepsi publik terhadap Ahok yang mengaku sebagai Gubernur Agung Podomoro berubah, dari yang awalnya positif (positif karena Ahok membanggakannya) menjadi negatif. Nah, persepsi negatif inilah yang akan terus dimainkan oleh lawan-lawan politik Ahok, termasuk saya sebagai cagub pesaingnya.
Dengan memainkan persepsi “Ahok Gubernur Agung Podomoro”, apapun pembelaan, tanggapan, bantahan, atau sejenisnya dari Ahok dan pendukungnya dengan mudah dimentahkan. Masyarakat tidak akan mendengar lagi ini-itu tentang kasus korupsi yang menjerat Sanusi-Agung Podomoro. Publik hanya menggarisbawahi Ahok sebagai Gubernur Agung Podomoro.
Jadi, cukup dengan menyebar meme lewat medsos yang menggambarkan Ahok sebagai Gubernur Agung Podomoro, publik akan memberi penilaian negatif pada Ahok. Ini bukan fitnah. Ini bukan kampanye hitam. Ini kampanye negatif yang sah dan tidak melanggar aturan apapun. Bukankah Ahok sendiri yang mengaku kalau dia adalah Gubernur Agung Podomoro. Se-simple itulah kampanye melawan Ahok.
Kalau mau didramatisasi, hadapkan Ahok yang ngotot mendukung reklamasi dengan Menteri Susi yang menolak reklamasi. Ahok yang mengaku sebagai Gubernur Agung Podomoro dengan persepsi negatif publik dihadapkan dengan Susi yang bercitrakan positif. Ibaratnya Ahok tokoh antagonis dan Susi tokoh protagonis.
Bukan hanya dengan Susi, masih banyak lainnya yang bisa dihadapkan dengan Ahok sebagai Gubernur Agung Podomoro. Tetapi, pada dasarnya kampanye tidak membutuhkan penjelasan panjang kali lebar, cukup dengan satu kalimat pendek pemilih sudah dapat dipengaruhi. Dan kalimat pendek itu adalah “Ahok Gubernur Agung Podomoro”.
Kalau sudah begini, biarpun Ahok yang Gubernur Agung Podomoro berpasangan dengan Jokowi, dan saya bakal menang biarpun berpasangan dengan sandal jepit.
Oh ya, satu lagi. Ahok yang Gubernur Agung Podomoro itu kan sering dianggap tukang bohong. Nah, kalau gitu kita nyanyo rame-rema saja lagu lawas yang dinyanyikan K3s buat Ahok yang Gubernur Agung Podomoro itu. Judul lagunya “Bohong”.
Yuk kita nyanyi sambil goyang senggol.
Bohong, kamu tukang bohong
Bohong, ku tak percaya
Katanya hanya diriku
Pacarmu satu-satunya
Bohong, kamu tukang bohong
Bohong, benci jadinya
Tertangkap basah dirimu
Ketika asyik bercumbu
Ku tak suka tak suka tak suka
Punya pacar tapi hatiku tersiksa
Ku tak mau tak mau tak mau
Punya pacar yang nakal (nya)
Seperti kamu...
(yang ulahnya bikin malu)
Bohong, kamu tukang bohong
Bohong, janjimu palsu
Selamat tinggal cintaku
Tiada maaf bagimu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H