Kemudian soal adanya dugaan kalau isu SARA itu juga dimainkan oleh pihak Ahok. Bukannya sebelum JSP menuliskan statusnya, saya sudah memberitahu teman-teman soal dugaan ini. Kalau JSP yang Letjen purnawirawan itu pasti memiliki pengetahuan dan pengalaman di dunia intelijen atau mendapat informasi intelijen tentang adanya “bandar” SARA di pihak Ahok. Tapi, saya, hanya dengan sekedar pengamatan kecil sudah bisa menangkap adanya gerakan “mencurigakan” tersebut.
Dan memang Ahok sendiri sepertinya sengaja melakukan serangan berbau SARA tersebut. Dalam kasus Masjid Luar Batang, Ahok mengaku sebagai pihak yang mempercantik masjid. Klaim Ahok ini kemudian dibantah oleh pengurus masjid. Pengurus masjid bilang kalau renovasi masjid terakhir dilakukan di zaman Foke.
Ahok bilang “mempercantik”. Sementara pengurus masjid bilang “renovasi”. Jelas tidak nyambung. Bukannya mencari tahu miss komunikasinya di mana, Ahok malah mengatakan kalau pengurus masjid tidak mengakui ya sudah. Kemudian Ahok pun membeberkan bukti-bukti kalau ialah yang mempercantik masjid. Akibatnya, pengurus masjid jadi bahan bulan-bulanan buli kawanan Ahok.
Sebagai sesama calon gubernur, saya juga mengingatkan pada Ahok untuk tidak menderetkan musuh. Kalau urusannya sama Yusron. Ya, serang saja Yusron. Jangan PBB dibawa-bawa. Malah, Masyumi pun ikut diseret. Contohlah saya, sebagai calon gubernur saya hanya menyerang Ahok.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H