Mohon tunggu...
Gatot Swandito
Gatot Swandito Mohon Tunggu... Administrasi - Gatot Swandito

Yang kutahu aku tidak tahu apa-apa Email: gatotswandito@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Berita Sesat Metrotvnews tentang Survei Dicomot "PKSpiyungan", dan Ditanyakan pada Yusril

4 Maret 2016   08:46 Diperbarui: 4 Maret 2016   09:30 2724
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tingkat elektabilitas itu sama saja dengan tingkat keterpilihan. Dan, dari sekian tokoh yang diajukan hanya 1 yang dipilih oleh responden. Misalnya, ada 100 responden yang diwawancarai untuk diketahui pilihannya pada Pilpres 2019 nanti. Lalu ada 4 capres yang kemungkinan akan maju, katakanlah, Gasa, Elde, Jokowi, Surya Paloh, dan lainnya.

Dari 100 responden itu. Gasa dipilih oleh 30 responden atau 30 %, Elde 20 responden atau 20 %, Jokowi dipilih 40 responden atau 40 %, tokoh-tokoh lainnya, dipilih oleh 7 responden atau 7 %, dan Surya Paloh hanya dipilih oleh 3 responden atau 3 %.

Total jumlahnya pasti 100 %. Kenapa, karena setiap responden hanya boleh memilih 1 nama yang diajukan. Dan, biasanya di akhir kalimat pertanyaan diberi tanda “S” untuk mengingatkan interviewer kalau jawaban responden tidak boleh lebih dari satu alias single`. Logikanya sederhana saja, yang dipilih dalam pemilu kan cuma 1 pasangan. Dan, tidak boleh lebih dari 1.. 

Lantas, yang diberitakan Metrotvnews.com itu angka-angka apa? Angka-angka itu sudah jelas bukan tingkat elektabilitas, tapi tingkat popularitas atau keterkenalan.

Misalnya, dari 100 responden itu. Gasa dikenali oleh 80 responden atau 80 %, Elde 68 responden atau 68 %, Jokowi 81 %, Lainnya, 40 %, dan Surya Paloh hanya dikenali oleh 11 responden atau 11 %.

Total jumlahnya pasti di atas 100 %. Kenapa, karena setiap responden boleh menjawab lebih dari 1 nama yang disodorkan. Dan, biasanya di akhir kalimat pertanyaan diberi tanda “M” untuk mengingatkan interviewer kalau jawaban responden  boleh lebih dari satu atau multiple. Yang ini pun logikanya sederhana juga, pemilih mengenali satu, beberapa atau bahkan semua tokoh yang ikut dalam pemilu.

Biasanya, untuk menjawab “elektabilitas” dan “popularitas” responden disodorkan show card yang berisi nama-nama tokoh untuk dipilih. Atau, bisa juga diberikan drop card. Biasanya, drop card ini berbentuk foto yang disertai nama tokoh.

Kalau buka-buka berita tentang rilis survei pada Pilpres 2014, tingkat popularitas Rhoma Irama mencapai 98 %. Data itu bisa dipercaya, karena siapa sih di Indonesia ini yang tidak mengenali sosok Rhoma aka Bang Haji. Tetapi, bagaimana dengan tingkat elektabilitasnya? Ternyata, tingkat keterpilihan Rhoma tidak lebih dari 3 %. Kenapa? Karena, hanya sedikit dari responden yang mengenali Rhoma yang akan memilihnya sebagai presiden? Dengan kata lain popularitas belum tentu berbanding lurus dengan keterpilihan.

Nah, lucunya hasil survei yang ngawur ini ditanyakan kepada Yusril. Lantas, Yusril menanggapinya, “"Ya wajarlah, saya baru dua minggu menyatakan diri. Tapi dari hasil survei itu, sangat banyak harapan," kata Yusril.

Bagaimana kalau bukan Metrotvnews-nya yang ngaco, tapi Populi Ceter-nya? Jawabannya ... bersambung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun