Mohon tunggu...
Gatot Swandito
Gatot Swandito Mohon Tunggu... Administrasi - Gatot Swandito

Yang kutahu aku tidak tahu apa-apa Email: gatotswandito@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Apa sih Hebatnya Main Hapus Komentar?

2 Maret 2016   16:19 Diperbarui: 2 Maret 2016   16:41 654
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimana rasanya kalau komentar kita dihapus oleh pemilik artikel di Kompasiana? Kalau komentar kita nyeleneh atau ngawur atau asal atau gimana-gimana sih tidak masalah. Tapi kalau kita sudah memberi komentar serius, panjang, dan berkali-kali mondar-mandir di lapaknya, eh pas dilongok, serentetan komentar kita sudah tidak ada lagi, alias dihapus oleh pemilik tulisan. Rasanya gimana gitu.

Tapi ada yang buat ngakak. Ini yang pernah saya alami sendiri. Saya pernah komentar panjang kali lebar dan berulang-ulang. Maksudnya untuk mendebat argumen si penulis. Eh, besoknya pas mau lihat jawaban di pemilik tulisan, bukan cuma komentar saya yang hilang, malah artikelnya juga sudah hilang alias dihapus oleh penulisnya.

Memang menghapus komentar itu hak penulis. Lha wong fitur hapus komentar disediakan kok. Jadi sah-sah saja kalau main hapus. Masalahnya, ada masalahnya, sering saya melihat ada teman K-er yang berkomentar, kira-kira begini, ”Tulisan ngawur. Kalau bikin tulisan yang bener. Jangan asal tulis”. Terus komentar itu dibalas, “Kalau ngawur, tunjukan ngawurnya di mana. Jangan asal komen”. Lha, yang balas komentar iru sepertinya tidak melongok ke bawah. Di bawah sana ada sederetan komentar dari akun yang berkomentar “Tulisan ngawur ....” yang dihapus. Sudah komentar banyak, panjang kali lebar, eh kena jitak pula.

Kalau komentarnya dianggap spam atau berulang-ulang sih tidak masalah. Tapi, kalau komentarnya serius dengan argumen yang kuat, apalagi kalau disertai link-link untuk menguatka argumentasinya, ya kebangetan banget-banget kalau dihapus.

Di Kompasiana ini sedang musim-musimnya main hapus komentar. Paling tidak ada 3 K-er yang diketahui tukang main hapus komentar teman. Ada yang namanya Si Anu, Si Iki, ada juga yang niewbi namanya Si Ayu, bukan Si Ayu yang jadi solmetnya Elde, ini Si Ayu yang lainnya. Mungkin lebih enak kalau dinamai Si Jojon Ayu saja.

Kadang mikir juga, apa sih enaknya main hapus komentar? Bukannya kalau ada komentar yang mendebat terus kita hapus sama saja dengan kalah 2 kali, kalau debat dan lari dari gelanggang. Malunya kan 2 kali lipat. Kalau sudah kalah debat alias tidak bisa menjawab ya sudah biarin saja. Kan di Kompasiana ini tidak ada yang kalah, tidak ada yang menang, tidak ada yang pinter, tidak ada yang bodoh, semua sama. Apa kalau menghapus komentar terus kita bisa teriak menang dan nanti dibilang pinter? Kan tidak ada.

Tapi, ada yang lebih parah lagi. Dia menghapus sendiri komentarnya, terus menuduh kita yang menghapus. Lha orang ini culun apa ya. Kan soal itu pastinya terekam oleh IT Kompasiana. Nah, kalau yang itu lebih memalukan lagi.

Kalau buat saya sih sederhana saja. Kalau tidak menguasai meteri yang kita tuliskan, mending jangan nulis. Kalau nantinya ternyata kita tidak sanggup beradu argumen, mending bilang “Pak Xxx, Mas Yyy, Mbaj Bbb, atau Bu Ccc benar bla bla bla ...” Bagaimana pun yang kita tulis itu tidak sempurna, bahkan jauh dari sempurna. Jadi kalau ada yang menunjukkan kekuranganya ya wajar saja. Toh, dengan membenarkan pendebat bukan berarti kita lebih dianggap kalah atau lebih bodoh.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun