Mohon tunggu...
Gatot Swandito
Gatot Swandito Mohon Tunggu... Administrasi - Gatot Swandito

Yang kutahu aku tidak tahu apa-apa Email: gatotswandito@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Lumrah Kalau Australia Keluarkan Travel Advisory-nya, Sebab Ancaman Teror Masih Mengintai

29 Februari 2016   10:55 Diperbarui: 29 Februari 2016   11:39 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Gegana dan Densus 88 mengepung teroris di sebuah rumah di Kampung Batu Rengat, Desa Cigondewah Hilir Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung, Jabar, Rabu (8/5/2013). Sumber: Kompas.com"][/caption]

Lagi-lagi Pemerintah Australia keluarkan travel advisory untuk WNA (Warga Negar Australia) yang berada atau yang akan datang ke Indonesia. Kata pemerintah Autralia, teroris bakal menyerang Indonesia lagi. Tapi, di mana dan kapannya tidak jelas. Hanya disebutkan “Terutama pada masa libur panjang mendatang."

Australia memang sering memperingatkan warganya tentang adanya ancaman serangan teroris di Indonesia. Tetapi, walaupun peringatannya itu tidak terbukti, bukan berarti pemerintah Australia salah. Namanya juga memperingatkan, kan belum tentu terjadi.

Lagi pula wajar kalau pada bulan Februari ini Australia mengeluarkan travel advisory-nya. Sebabnya, pada bulan ini aparat keamanan Indonesia berhasil menangkapi sejumlah terduga pelaku teroris di berbagai daerah. Sebelumnya, beredar bocoran telegram rahasia tentang rencana teroris yang akan meracuni anggota polisi dengan sianida. Pada pertengahan Februari ini pun Menko Polhukam Luhut Panjaitan pun sudah mengungkapkan tentang adanya ancaman serangan teroris.

Penangkapan dan pernyataan pemerintah tersebut mengingatkan kita pada serangan teror Thamrin yang terjadi pada Januari 2014. Sebulan sebelum kejadian, pemerintah Indonesia sudah mengungkapkan tentang adanya potensi serangan teroris menyusul serangkaian penangkapan terhadap terduga pelaku teroris.

Sebenarnya, tanpa perlu ada travel advisory dan peringatan dari pemerintah pun, sudah banyak yang tahu kalau teroris punya rencana menyerang Indonesia lagi. Para pelaku teroris memang sudah banyak yang ditangkapi, tapi masih banyak juga belum tertangkap. Sekalipun kelompoknya sudah diketahui, tapi anggota teroris yang belum tertangkap ini bisa melancarkan serangannya. Belum lagi dengan terbentuknya sel-sel baru yang sama sekali belum diketahui keberadaan.

Itulah kenapa sekalipun negara sudah mengetahui adanya ancaman teroris, tetapi aksi teror tetap terjadi. Dan hal itu bukan berarti pemerintah kecolongan. Ini sama saja dengan pengelola stasiun kereta api yang memasang spanduk “Waspada Copet”. Meski sudah pengelola stasun sudah tahu kalau ada copet yang beroperasi di area stasiunnya, makanya ia memasang spanduk peringatan, toh masih saja ada yang laporan dompetnya kecopetan. Hal itu karena pengelola stasiun tidak tahu siapa yang berniat mencopet dan di mana copet akan melakukan aksinya. Apa pengelola stasiun bisa dikatakan telah kecolongan?

Sudah banyak teroris yang ditangkap. Tapi, selain banyak juga yang masih berkeliaran, “bahan baku” teroris pun mudah didapat. “Bahan baku” itu bisa didapat baik lewat di dunia maya atau di dunia nyata. Dalam video pawai Tauhid beberapa waktu yang lalu, misalnya, terekam seorang peserta pawai dengan beraninya berkata di hadapan petugas kepolisian kalau dia siap berjihad sebagai teroris. Di media sosial lebih parah lagi. Banyak akun yang mendukung terorisme.

Persoalannya lagi, bagi Indonesia, saat ini teroris mendapat temannya. Jadi bukan Ahok saja yang mempunyai Teman Ahok, teroris pun punya. Teroris ingin menggulingkan NKRI dan menggantinya dengan negara Islam atau kekhalifahan Islam. Di pihak lain ada kelompok yang bersemangat ingin menjatuhkan pemerintahan Jokowi. Jatuhnya pemerintah yang sah sama halnya dengan membuka pintu bagi pemimpi khilafah. Itulah kenapa pasca teror Thamrin, dua kelompok itu begitu kompak menyerang pemreintah dan aparat keamanan. Karena kondisi ini, tidak heran jika penyebaran paham terorisme pun seolah melewati jalan tol-nya.

Melihat beberapa kondisi tersebut, maka lumrah kalau pemerintah negara lain mengeluarkan travel advisory-nya. Dan, kalau pun Australia mengatakan “Terutama pada masa libur panjang mendatang.", itu juga wajar. Pertama, sebelum aksi teror Thamrin kemarin, aparat keamanan memperkirakan teroris akan menyerang di sekitar libur Natal sampai tahun baru.

Kedua, libur panjang Desember tahun ini berdekatan dengan pilkada serentak yang rencananya akan digelar pada Februari 2017. Pilkada serentak kali ini akan berlangsung lebih panas karena Jakarta pun akan menggelar pilkadanya. Dan perlu diingat, pada Pilkada Serentak 2015 lalu pun ada sebagian orang yang berharap terjadinya rusuh masal.

Ketiga, sejak Februari ini kelompok Islam radikal semakin keras menyerukan penolakan terhadap pecalonan kembali Ahok.Sejak bulan ini sentimen SARA yang masih sangat sensitif terus dimainkan oleh sebagian kelompok. Upaya untuk mengulangi peristiwa 1998 seperti pada 2015 bisa jadi akan kembali terjadi.  

Keempat, tekad pemerintah yang semakin keras untuk melibas teroris. Pemerintah pun menargetkan akan menyelesaikan kelompok Santoso dalam bulan-bulan ke depan. Tentu saja tekad pemerintah ini menimbulkan perlawanan dari teroris.

Kelima, situasi keamanan Suriah yang justru semakin tidak menentu pasca gencatan senjata antara pemerintah Suriah dan kelompok-kelompok pemberontak. Situasi di Suriah pastinya akan menimbulkan reaksi pada kelompok ISIS atau teroris lainnya yang ada di Indonesia.

Tapi, apapun itu, sikap pemerintah dalam menyikapi travel advisory Australia sudah tepat. Pemerintah tidak menampik adanya peringatan tersebut, apalagi sampai membantahnya. Pemerintah justru memberi jawaban dengan meningkatkan operasi-operasi penumpasan teroris di seluruh tanah air..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun