Tidak jauh dari tempat kami bermain, sebuah lokomotif warna kuning melintas. Lokomotif itu kemudian menggandeng satu gerbong penumpang. Setahu saya, gerbong penumpang itu akan dirangkaikan dengan rangkaian kereta yang ada di jalur 1 atau 2. Biasanya seperti itu.
“Tuh ada kereta yang mau langsir!”
“Naik, yuk!”
Melihat lokomotif dan gerbong yang ditariknya mulai berjalan, kami berempat berlarian ke arah gerbong penumpang, Begitu mendapati ada pintu gerbong yang terbuka, kami bergegas melompat masuk. Ternyata bukan hanya kami berempat, ada tiga anak lainnya yang sudah ada di dalam gerbong penumpang (Sampai sekarang saya tidak pernah tahu nama ketiga anak itu, karena belum pernah melihat sebelumnya, apalagi kenalan).
Nyangklik (naik ke atas kendaraan yang akan atau sedang berjalan) di gerbong penumpang yang sedang dilangsir sudah biasa bagi warga yang tinggal di sekitar stasiun. Selama pelangsiran biasanya anak-anak berlarian di sepanjang lorong kereta atau berloncatan dari satu bangku ke bangku lainnya. Kadang pada sore hari tidak jarang mendapati orang tua yang sedang menyuapi anak balitanya..
“Lha kok keretanya terus saja?” kata teman begitu kereta melewati Dipo.(bengkel kereta api)
Kereta yang langsir berhenti setelah melewati persimpangan rel yang berada persis di depan Dipo. Setelah itu kereta berbalik arah dan memasuki jalur lain yang sudah ditentukan.
Tapi, kereta yang kami naiki tidak berhenti. Lokomotif penariknya malah menambah kecepatannya. Kami saling pandang dengan tatapan bingung.
“Ada apa?”
“Tidak tahu.”
“Aneh.”