Kalau pun sebelumnya Indonesia membangun kerja sama melawan terorisme dengan Iran, hal ini juga tidak ada kaitannya dengan masalah Sunni-Syiah. Karena wujud kerja sama melawan teroris antara Indonesia dengan Iran tidak melibatkan militer. Jadi, opini yang disebarluaskan oleh media dakwah yang menuliskan alasan penolakan Indonesia untuk bergabung dengan aliansi militer bentukan Arab karena sudah menjalin hubungan dengan Iran adalah salah besar. Opini ini dikembangkan dengan tujuan untuk menguatkan stempel jika pemerintah Jokowi sebagai pro-Syiah.
Dan ternyata alasan Indonesia menolak bergabung dengan aliansi militer "NATO" bentukan Arab sudah sangat tepat jika dikaitkan dengan situasi kekinian di Timur Tengah. Perhatikan bunyi pernyataan bersama yang diterbitkan oleh kantor berita SPA, dikutip dari Reuters pada 15 Desember 2015
"Menjadi kewajiban untuk melindungi negara Islam dari kejahatan semua kelompok teroris dan organisasi apa pun sekte dan nama mereka, yang menyerukan kematian dan membuat kerusakan di muka bumi dan bertujuan untuk meneror orang yang tidak bersalah." http://www.cnnindonesia.com/internasional/20151215074700-120-98260/saudi-umumkan-aliansi-militer-34-negara-islam-lawan-terorisme/
Bukan hanya itu, kemarin Negara-negara Liga Arab dalam pertemuan darurat di Kairo, Mesir, hari Minggu kompak mengutuk pembakaran dan penyerangan kantor Kedutaan Besar Arab Saudi di Teheran, Iran. Liga Arab juga memberi opsi tegas pada Iran untuk jadi tetangga baik atau tetangga pengacau.
“Iran harus memutuskan menjadi tetangga seperti apa, tetangga yang baik atau tetangga pengacau dan sejauh ini (Iran) berperilaku seperti yang terakhir.” http://international.sindonews.com/read/1075924/44/liga-arab-iran-putuskan-jadi-tetangga-baik-atau-pengacau-1452477328
Jika Indonesia tergabung dalam aliansi bentukan KSA, mau tidak mau Indonesia akan terjerumus untuk melawan Iran sebab Iran bisa diidentikkan dengan Syiah, dan Syiah bisa dipandang sebagai sekte. Tidak hanya itu, Iran pun bisa dituding sebagai negara pengacau yang membuat kerusakan di muka bumi.
Ilustrasi : di sini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H