Menariknya, selama digempur kekuatan ISIS justru bertambah. Persenjataannya semakin lengkap. Milisi dari berbagai negara pun berdatangan setiap harinya. Kekuatan ISIS yang semakin meningkat secara otomatis mendesak posisi Assad.
Belakangan semakin terungkap keterkaitan antara FSA dengan Al Qaeda. Sedang ISIS merupakan anak kandung dari Al Qaeda. Selanjutnya bermunculan pengakuan yang mengatakan bahwa ISIS juga dibentuk dan didanai oleh Amerika dan sekutunya, termasuk Arab Saudi. Bahkan, informasi yang bersumber dari dinas intelijen Rusia yang disampaikan oleh Vladimir Putin menyebut ada 40 negara yang mendanai operasi ISIS. Informasi ini diungkapkan oleh Putin kemarin dalam Forum G20 di Turki.
Terdesaknya Assad membuat negara sekutu Suriah bertindak. Awal Oktober 2015 pasukan elit Rusia diterjunkan ke Suriah. Dan berbeda dengan pasukan Amerika dan sekutunya yang menggempur ISIS selama berbulan-bulan namun tanpa hasil, hanya dalam hitungan hari pasukan Rusia berhasil meluluhlantakkan ISIS. Keberhasilan serangan Rusia tersebut membuat sebagian pengungsi Suriah pulang kampung. Sejurus dengan itu posisi Assad kembali menguat.
Kembali menguatnya posisi Assad sudah barang tentu membuat Amerika dan sekutunya gusar. NATO menggertak. Turki mengecam serangan Rusia. Lewat ulamanya, Arab Saudi bahkan menyerukan jihad melawan Rusia di tanah Suriah.
Akhirnya, sebulan setelah serbuan tentara Rusia ke Suriah terjadilah serangan teroris di Paris, Perancis yang juga negara sekutu Amerika. Dunia marah atas aksi teror yang menewaskan seratus lebih warga sipil itu. Perancis membalas ISIS dengan mengirim jet-jet tempurnya. .
Menariknya serangan teror di Perancis ini justru mengancam posisi Assad. Pascaperistiwa Perancis, Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel al-Jubeir langsung menegaskan negaranya akan terus mendukung pemberontak jika Presiden Suriah Bashar al-Assad tidak bisa mundur melalui proses politik.
Di sisi lain, pascaserangan teror, terjadinya aksi penolakan terhadap pengungsi Suriah oleh masyarakat di berbagai negara Eropa. Masyarakat Eropa mencurigai masuknya teroris ke negaranya dengan menyusup di antara para pengungsi. Gara-gara aksi teror ISIS, dukungan terhadap pengungsi berbalik arah menjadi penolakan. Penolakan terhadap pengungsi tentu saja merupakan tekanan tersendiri bagi Assad. Ujung-ujungnya meningkatnya kemarahan rakyat Suriah yang disertai menguatnya tekanan kepada Assad untuk segera mundur. Â
Bukan saja di Eropa, di Amerika pun terjadi aksi penolakan terhadap masuknya pengungsi Suriah. Lebih dari 12 negara bagian Amerika Serikat mengatakan mereka tidak lagi menerima pengungsi Suriah karena kekhawatiran mengenai situasi keamanan setelah serangan Paris. Gubernur Michigan Rick Snyder menyatakan menangguhkan penerimaan pendatang baru.
Dengan demikian penolakan pengungsi Suriah menjadi front lain yang harus dihadapi Assad. Dan, front itu timbul pascaserangan teroris di Paris.Jadi jelas tidak bisa menyamakan serangan teror di Paris dengan peristiwa WTC.
Sumber: Â